Sunday, September 9, 2012

Femax, Penghemat BBM Produksi Dalam Negeri

Pergolakan politik yang dipicu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) membuat suasana kampus lumayan panas. Akan tetapi, Joko Istiyanto memilih fokus pada wacana lain. Ia melakukan riset untuk menemukan piranti yang bisa memacu efisiensi penggunaan bahan bakar, hingga akhirnya merancang Fuel Efficiency Maximum (Femax).


"Saya menelitinya sejak 1997 saat kuliah di semester III Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), terinspirasi dari keprihatinan kenaikan harga BBM saat itu," paparnya ketika ditemui di Pusat Informasi Teknologi Hemat Energi-Sains, Karangmalang, DI Yogyakarta.

Hasil penelitian bersama seorang rekannya tersebut kemudian diikutkan dalam perlombaan karya tulis tentang penghematan energi yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Pertambangan dan Energi serta Pertamina. Setelah melewati berbagai tahapan penilaian, hasil penelitian itu menggondol juara pertama.

Karena kala itu masih kuliah semester III, pengembangan prototipe penelitiannya terhenti sementara. Ia berencana menunggu hingga lulus kuliah untuk menyempurnakan prototipe Femax. Namun, rencana tersebut tertunda setelah ia mendapat panggilan kerja di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2003.

Namun, Joko kemudian merasa tidak cocok dengan pekerjaan di balik meja. "Saya tidak menemukan passion saya," ungkapnya. Saat itu Joko menegaskan, bisa saja prototipe hasil penelitiannya itu dijualnya ke pabrikan otomotif. Namun, hal itu tidak ia lakukan agar Femax bisa bermanfaat untuk banyak orang. "Jika dikerjakan sendiri, lebih banyak orang yang akan terbantu karena mendapatkan pekerjaan," kata Joko.

Joko kembali mengembangkan Femax pada 2004 dan memasarkannya dengan bermodal tabungan dari gajinya selama bekerja di Bappenas. "Modalnya sekitar 3 juta," paparnya. Setelah merasa bisnisnya mapan, pada 2006 ia memberanikan diri memproduksi Femax dalam jumlah banyak. "Keyakinan itu didasari pengalaman pribadi. Sejak 1997 saya sudah menggunakannya dan tidak ada efek negatif," papar Joko yang kini telah mengundurkan diri dari Bappenas.

Namun, karena Femax tergolong produk teknologi baru, tidak mudah mengedukasi masyarakat tentang manfaat piranti itu. Pasalnya, untuk meyakinkan masyarakat, mereka membutuhkan bukti, terlebih lagi Femax merupakan produk komplementer yang diklaim pemakaian bahan bakar lebih hemat. Dengan kata lain, kalaupun tidak menggunakan produknya, kendaraan mereka tetap bisa berjalan.

Untuk itu Joko berani memberikan jaminan uang kembali. Calon pembeli dibiarkan memakai Femax. Jika mereka merasa cocok, baru membayar. Selain itu, ia memberi garansi setahun. Apabila dalam pemakaian selama setahun ada kerusakan pada Femax, ia akan menggantinya dengan yang baru.

"Dengan cara itu banyak yang tertarik, bahkan mengajak teman - temannya untuk memakai Femax. Selain itu, saya juga datang dari satu bengkel ke bengkel lain," kata Joko yang hingga 2004 masih menangani seluruh proses bisnisnya sendiri, mulai dari pembukuan, penjualan, hingga layanan purnajual.

Setelah diproduksi massal pada 2004, sampai sekarang diperkirakan sudah ada sekitar 100 ribu unit yang terjual. Joko juga telah mempunyai 99 cabang dan service center di kota - kota besar. Selain itu, Femax juga telah merambah ke Malaysia, Vietnam, Thailand, Islandia, hingga Amerika Serikat.

0 comments:

Post a Comment