Semua impian kita dapat menjadi nyata,

jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.

Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki,

anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah anda lakukan.

Kehidupan itu ibarat naik sepeda,

anda tidak akan jatuh kecuali anda berencana untuk berhenti mengayuhnya.

Pikiran kita ibarat parasut,

hanya berfungsi ketika terbuka.

Sukses adalah sebuah perjalanan,

bukan tujuan akhir.

Thursday, December 31, 2009

Askep Abortus Imminen

kapukonline.com Up-date Askep | Asuhan keperawatan Abortus imminen - ASKEP MATERNITAS. Posting berkaitan dengan ( Baca : Askep | Asuhan keperawatan ANC (Ante Natal Care) dan Askep | Asuhan Keperawatan Adaptasi Fisiologis Post Partum / Nifas )

A. PENGERTIAN ABORTUS IMMINEN

Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)

Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999)

Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990)

B. ETIOLOGI ABORTUS IMMINEN

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

  1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
    1. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
    2. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
    3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol
  2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
  3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
  4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C. GAMBARAN KLINIS ABORTUS IMMINEN

  1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
  2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
  3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
  4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
  5. Pemeriksaan ginekologi :
    1. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
    2. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
    3. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

D. PATOFISIOLOGI ABORTUS IMMINEN

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.

Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Komplikasi :

  1. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
  2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

E. PATHWAY ABORTUS IMMINEN

  1. Download Pathway Abortus Imminen Via Ziddu
  2. Download Pathway Abortus Imminen Via Mediafire

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ABORTUS IMMINEN

  1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
  2. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
  3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion

Data laboratorium

  1. Tes urine
  2. Hemoglobin dan hematokrit
  3. Menghitung trombosit
  4. Kultur darah dan urine

G. MASALAH KEPERAWATAN ABORTUS IMMINEN

  1. Kecemasan
  2. Intoleransi aktifitas
  3. Gangguan rasa nyaman dan nyeri
  4. Defisit volume cairan

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN ABORTUS IMMINEN

  1. Cemas berhubungan dengan pengeluaran konsepsi
    1. Tujuan : Mengurangi atau menghilangkan kecemasan
    2. Intervensi :
      1. Siapkan klien untuk reaksi atas kehilangan
      2. Beri informasi yang jelas dengan cara yang tepat
  2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
    1. Tujuan : Mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
    2. Intervensi :
      1. Menetapkan laporan dan tanda-tanda yang lain. Panggil pasien dengan nama lengkap. Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan dalam waktu yang lama
      2. Rasa sakit dan karakteristik, termasuk kualitas waktu lokasi dan intensitas
      3. Melakukan tindakan yang membuat klien merasa nyaman seperti ganti posisi, teknik relaksasi serta kolaburasi obat analgetik
  3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
    1. Tujuan : Mencegah terjadinya defisit cairan
    2. Intervensi :
      1. Kaji perdarahan pada pasien, setiap jam atau dalam masa pengawasan
        1. Kaji perdarahan Vagina : warna, jumlah pembalut yang digunakan, derajat aliran dan banyakny
        2. Kaji adanya gumpalan
        3. Kaji adanya tanda-tanda gelisah, taki kardia, hipertensi dan kepucatan
        4. Monitor nilai HB dan Hematokrit
    3. Kehilangan berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi
      1. Tujuan : Mengurangi atau meminimalkan rasa kehilangan atau duka cita
      2. Intervensi :
        1. Pasien menerima kenyataan kehilangan dengan tenang tidak dengan cara menghakimi
        2. Jika diminta bisa juga dilakukan perawatan janin
        3. Menganjurkan pada pasien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME
    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
      1. Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan toleransinya
      2. Intervensi :
        1. Menganjurkan pasien agar tiduran
        2. Tidak melakukan hubungan seksual

Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya....

Sunday, December 13, 2009

Askep Jiwa Waham

kapukonline.com Up-date Askep | Asuhan keperawatan Jiwa Waham - ASKEP JIWA. Posting berkaitan dengan ( Baca : Askep | Asuhan Keperawatan Jiwa Depresi dan Askep | Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri )

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

Masalah Utama.

Perubahan isi pikir : waham

Pengertian.

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.

Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung

Proses terjadinya masalah

  1. Penyebab.
    Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
  2. Akibat.
    Akibat dari waham, klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Pohon masalah Waham

Pohon Masalah Waham

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji pada Waham

  1. Masalah keperawatan :
    1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
    2. Kerusakan komunikasi : verbal
    3. Perubahan isi pikir : waham
    4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
  2. Data yang perlu dikaji :
    1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
      1. Data subjektif. Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
      2. Data objektif: Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.
    2. Kerusakan komunikasi : verbal
      1. Data subjektif: Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
      2. Data objektif: Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang
    3. Perubahan isi pikir : waham ( NN.)
      1. Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
      2. Data objektif: Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
    4. Gangguan harga diri rendah
      1. Data subjektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
      2. Data objektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

Diagnosa Keperawatan Waham

  1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
  2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
  3. Perubahan isi pikir : waham (NNU.) berhubungan dengan harga diri rendah.

Rencana Keperawatan Waham

  1. Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengan waham
    1. Tujuan umum :
      1. Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
    2. Tujuan khusus :
      1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
        1. Tindakan
          1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat
          2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien 'saya menerima keyakinan anda' disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
          3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
          4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
      2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
        1. Tindakan :
          1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
          2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
          3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
          4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
      3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
        1. Tindakan :
          1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
          2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
          3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
          4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
          5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
      4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
        1. Tindakan :
          1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
          2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
          3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
      5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
          2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
          3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
          4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
      6. Klien dapat dukungan dari keluarga
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
          2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
  2. Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
    1. Tujuan Umum:
      1. Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
    2. Tujuan Khusus:
      1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
        1. Tindakan:
          1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
          2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
          3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
          4. Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
      2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
        1. Tindakan:
          1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
          2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
          3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
      3. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan
        1. Tindakan :
          1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
          2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
          3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
      4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
        1. Tindakan:
          1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
          2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
          3. Tanyakan 'apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?'
      5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
        1. Tindakan:
          1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
          2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
          3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
      6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
        1. Tindakan :
          1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
          2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
          3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
          4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
      7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
        1. Tindakan:
          1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
          2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
          3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
          4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
          5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
      8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
        1. Tindakan :
          1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
          2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
      9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
        1. Tindakan:
          1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).
          2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
          3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
  3. Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( N.. ) berhubungan dengan harga diri rendah
    1. Tujuan umum :
      1. Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
    2. Tujuan khusus :
      1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
        1. Tindakan :
          1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
          2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
          3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
          4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
      2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
          2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis
          3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
      3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
        1. Tindakan :
          1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
          2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
      4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
        1. Tindakan :
          1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
          2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
          3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
      5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
        1. Tindakan :
          1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
          2. Beri pujian atas keberhasilan klien
          3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
      6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
        1. Tindakan :
          1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
          2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
          3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
          4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

  1. Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
  2. Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
  3. Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
  4. Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
  5. NN..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 ?22 Novembr 2004. unpublished

semoga yang sedikit ini ada manfaatnya...

Thursday, December 10, 2009

Format Pengkajian Keluarga

kapukonline.com up-date Format Pengkajian Keluarga - ASKEP KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

DATA UMUM KELUARGA

  1. Nama kepala keluarga
  2. umur :
  3. Agama :
  4. Pendidikan :
  5. Pekerjaan :
  6. Suku/ Bangsa :
  7. Alamat :
  8. Komposisi keluarga :

    No

    Nama

    Umur

    Sex

    Tgl. Lahir

    Pendikan

    Pekerjaan

    Ket

                   
  9. Tipe keluarga :
  10. Genogram :
  11. Sifat Keluarga
    1. Pengambilan Keputusan
    2. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
      1. Kebiasaan tidur / istirahat
      2. Kebiasaan rekreasi
      3. Kebiasaan makan keluarga
  12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
  13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
  14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

  1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
  2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
  3. Riwayat keluarga inti
  4. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)

LINGKUNGAN

  1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
  2. Ventilasi dan penerangan
  3. Persediaan air bersih
  4. Pembuangan sampah
  5. Pembuangan air limbah
  6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
  7. Denah rumah
  8. Lingkungan sekitar rumah
  9. Sarana komunikasi dan transportasi
  10. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
  11. Fasilitas pelayanan kesehatan

SOSIAL

  1. Karakteristik tetangga dan komunitas
  2. Mobilitas geografis keluarga
  3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
  4. Sistem pendukung keluarga

STRUKTUR KELUARGA

  1. Pola Komunikasi Keluarga
  2. Struktur Kekuatan Keluarga
  3. Struktur Peran (formal dan informal)
  4. Nilai dan Norma Keluarga

FUNGSI KELUARGA

  1. Fungsi afektif
  2. Fungsi sosialisasi
  3. Fungsi perawatan kesehatan
    1. Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:
      1. Mengenal masalah kesehatan
      2. Memutuskan untuk merawat
      3. Mampu merawat
      4. Modifikasi lingkungan
      5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
  4. Fungsi reproduksi
  5. Fungsi ekonomi

STRESS DAN KOPING KELUARGA

  1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
    1. Stresor jangka pendek
    2. Stresor jangka panjang
  2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
  3. Strategi koping yang digunakan
  4. Strategi adaptasi disfungsional

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

  1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
    1. Ayah
    2. Ibu
    3. Anak
  2. Keluarga berencana
  3. Imunisasi
  4. Tumbuh kembang
    1. Pemeriksaan tumbuh kembang anak
      1. Anak I :
      2. Anak II:
      3. dll
    2. Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak

PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA

  1. Pemeriksaan fisik Bapak …
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. Mulut :
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas :
  2. Pemeriksaan fisik Ibu …….
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran :
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. mulut
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas :
  3. Pemeriksaan fisik Anak …… (1)
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran :
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. Mulut :
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas
  4. Pemeriksaan fisik Anak …… (2)
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran :
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. Mulut :
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas
  5. HARAPAN KELUARGA

ANALISA DATA

TGL

DATA

MASALAH


   

SKALA PRIORITAS MASALAH

Masalah 1

KRITERIA

BOBOT

PERHITUNGAN

PEMBENARAN

1. Sifat masalah

  1. Aktual: 3
  2. Resiko:2
  3. Potensial:1

1

   

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

  1. Mudah: 2
  2. Sebagian: 1
  3. Tidak dapat:0

2

   

3. Kemungkinan masalah dapat dicegah

  1. Tinggi: 3
  2. Cukup: 2
  3. Rendah: 1

1

   

4. Menonjolnya masalah

  1. Segera: 2
  2. Tidak segera: 1
  3. Tidak dirasakan:0

1

   

Skor:

     
Masalah 2:

KRITERIA

BOBOT

PERHITUNGAN

PEMBENARAN

1. Sifat maslah

  1. Aktual: 3
  2. Resiko:2
  3. Potensial:1


1

   

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

  1. Mudah: 2
  2. Sebagian: 1
  3. Tidak dapat:0


2

   

3. Kemungkinan masalah dapat dicegah

  1. Tinggi: 3
  2. Cukup: 2
  3. Rendah: 1


1

   

4. Menonjolnya masalah

  1. Segera: 2
  2. Tidak segera: 1
  3. Tidak dirasakan:0


1

   

Skor:

     
Masalah 3:

KRITERIA

BOBOT

PERHITUNGAN

PEMBENARAN

1. Sifat maslah

  1. Aktual: 3
  2. Resiko:2
  3. Potensial:1


1

   

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

  1. Mudah: 2
  2. Sebagian: 1
  3. Tidak dapat:0


2

   

3. Kemungkinan masalah dapat dicegah

  1. Tinggi: 3
  2. Cukup: 2
  3. Rendah: 1


1

   

4. Menonjolnya masalah

  1. Segera: 2
  2. Tidak segera: 1
  3. Tidak dirasakan:0


1

   

Skor:

     

Mungkin akan berbeda di tiap instansi untuk melakukan pendataan pengkajian keluarga

Wednesday, December 9, 2009

Askep Appendixcitis

kapukonline.com up date Askep | Asuhan keperawatan Appendixitis - ASKEP BEDAH

PENGERTIAN APPENDIXITIS

Appendixitis adalah inflamasi akut pada appendix verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)

Gambar Organ Appendix

ETIOLOGI APPENDIXITIS

Appendixcitis tersumbat atau terlipat oleh:

  1. Fekalis / massa keras dari feses
  2. Tumor, hiperplasia folikel limfoid
  3. Benda asing

PATOFISIOLOGI APPENDIXITIS

Appendixitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus

PATHWAYS APPENDIXITIS

  1. Download Pathway Appenixitis Via Ziddu
  2. Download Pathway Appendixitis Via Mediafire

TANDA DAN GEJALA APPENDIXITIS

  1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
  2. Mual, muntah
  3. Anoreksia, malaisse
  4. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
  5. Spasme otot
  6. Konstipasi, diare

(Brunner & Suddart, 1997)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK APPENDIXITIS

  1. Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3,
  2. Neutrofil meningkat sampai 75%
  3. Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
  4. Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
  5. Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah

(Doenges, 1993; Brunner &  Suddart, 1997)

KOMPLIKASI APPENDIXITIS

  1. Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendix
  2. Tromboflebitis supuratif
  3. Abses subfrenikus
  4. Obstruksi intestinal

PENATALAKSANAAN APPENDIXITIS

  1. Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Appendixcitis telah ditegakkan
  2. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan
  3. Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
  4. Appendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

(Brunner & Suddart, 1997)

PENGKAJIAN APPENDIXITIS

  1. Aktivitas/ istirahat: Malaise
  2. Sirkulasi : Tachikardi
  3. Eliminasi
    1. Konstipasi pada awitan awal
    2. Diare (kadang-kadang
    3. Distensi abdome
    4. Nyeri tekan/lepas abdomen
    5. Penurunan bising usus
  4. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
  5. Kenyamanan: Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam
  6. Keamanan : demam
  7. Pernapasan
    1. Tachipnea
    2. Pernapasan dangkal

(Brunner & Suddart, 1997)

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN APPENDIXITIS

  1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi
    1. Tujuan : tidak terjadi infeksi
    2. Kriteria:
      1. Penyembuhan luka berjalan baik
      2. Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen
      3. Tekanan darah > 90/60 mmHg
      4. Nadi normal
      5. Abdomen lunak, tidak ada distensi
      6. Bising usus 5-34 x/menit
    3. Intervensi:
      1. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat
      2. Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal
      3. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus
      4. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik
      5. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema
      6. Kolaborasi: antibiotik
  2. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah
    1. Kriteria hasil:
      1. Persepsi subyektif tentang nyeri menurun
      2. Tampak rileks
      3. Pasien dapat istirahat dengan cukup
    2. Intervensi:
      1. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri
      2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
      3. Dorong untuk ambulasi dini
      4. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang
      5. Hindari tekanan area popliteal
      6. Berikan antiemetik, analgetik sesuai program
  3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
    1. Kriteria hasil;
      1. Membran mukosa lembab
      2. Turgor kulit baik
      3. Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam
      4. Tanda vital stabil
    2. Intervensi:
      1. Awasi tekanan darah dan tanda vial
      2. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill
      3. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi
      4. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
      5. Berikan perawatan mulut sering
      6. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
      7. Berikan cairan IV dan Elektrolit
  4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi
    1. Kriteria:
      1. Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan
      2. Berpartisipasidalam program pengobatan
    2. Intervensi
      1. Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi
      2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodik
      3. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi
      4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase

Doenges

DAFTAR PUSTAKA

  1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
  2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC
  3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
  4. Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC