Lomba balap mobil mainan rakitan bertipe analog bertajuk Line Follower Robo Competition (LFRC) yang digelar di Universitas Kristen Satya Wacana, Selasa (10/4), sungguh menarik. Meski barangkali berlebihan, namun lomba itu seakan melemparkan ingatan kepada film animasi Jepang Tamiya Lets and Go.
Pada pertengahan 1990-an, kartun yang mengetengahkan jagoan mobil mainan bernama Dash Yonkuro, membius anak - anak yang menontonnya lewat tayangan salah satu stasiun televisi swasta. Menggunakan tongkat, Yonkuro Hinomaru bersama anak - anak lainnya mengarahkan mobil mereka berlomba ke garis finish.
Berlebihan memang membandingkan mobil - mobil mainan tamiya dalam film itu dengan mobil mainan di LRFC. Tapi bukankah banyak hal di dunia ini dari sesuatu yang dianggap berlebihan, tidak mungkin. Apalagi subtema dalam lomba tersebut ialah first step to a bright future.
LRFC merupakan perlombaan untuk tingkat SMA atau sederajat dari Jateng - Yogyakarta. Sebanyak 22 tim dari enam sekolah mengikuti ajang tersebut. Setiap tim terdiri dari dua siswa yang merakit mobil mainan.
Babak penyisihan ke-22 mobil berusaha meraih waktu terbaik untuk lolos di 16 besar, diadu satu lawan satu hingga akhirnya satu tim menjadi juara. Di akhir lomba, tim Jarjit 28 dari SMK Negeri 3 Yogyakarta menempati peringkat pertama.
Mobil mainan rakitan yang berkompetisi diwajibkan mengikuti lintasan berkelok dan berbagai rintangan yang disiapkan. Mobil tersebut akan melaju dengan dipandu sensor di bagian bawah untuk mengikuti lintasan dari lakban hitam.
Dua lintasan akan saling bersilangan tepat di bagian tengah. Ini merupakan tantangan agar mobil rakitan tidak salah jalur menyusuri lintasan musuh. Berapa lama mereka mempersiapkan, merakit dan menyempurnakan mobil yang akan dilombakan? "Kami buat mobil robot ini selama tiga minggu," tutur Aji Setiawan, guru pembimbing SMK Pelita Buana, Sewon, Bantul.
Dikatakan, mobil mainan rakitan atau robot itu, mulai dari desain, hingga pembuatannya dilakukan oleh siswa. Dirinya hanya mengarahkan bila ada kesulitan dalam proses tersebut. Para siswa yang merakit mobil mainan robot tersebut, adalah mereka yang mengikuti ekstra kurikuler elektronik teknik digital. "Sekarang di Yogyakarta, ekstra kurikuler robotika semacam ini sedang menjadi tren,".
Aris Setiawan, dari tim The Black Cat yang menempati peringkat ketiga mengatakan, kegiatan merakit mobil robot merupakan hobi yang menyenangkan. "Modalnya itu harus senang," tuturnya.
Wikan Dyah Palupi mahasiwa FTEK yang juga ketua panitia menyatakan, kontes diadakan untuk memasyarakatkan robot di kalangan siswa SMA dan SMK. Sedangkan line follower dipilih karena pembuatannya yang tidak membutuhkan biaya besar.
0 comments:
Post a Comment