Monday, April 1, 2013

Kisah Nyata, Wanita Tarzan

Marina Chapman I Foto Daily Mail

Kisah hidup Tarzan di pelihara oleh monyet, itu hanya terdapat di film dan merupakan kisah fiktif belaka, Dalam kisah itu digambarkan bahwa Tarzan adalah anak keluarga bangsawan Britania, yang ditinggalkan di pantai Afrika oleh para pemberontak. Orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil, lalu ia dibesarkan oleh kera-kera besar.  

Berbeda dengan kisah hidup yang di alami Marina Chapman yang telah meluncurkan sebuah buku berjudul “The Girl With No Name,” berisi tentang perjalanan hidupnya yang pernah dibesarkan oleh kawanan kera selama lima tahun. Ibu rumah tangga asal Yorkshire, Inggris, di usia 4 tahun, Marina mengaku dibius, diculik dari rumahnya di Kolombia, lalu entah bagaimana berakhir di hutan hujan tropis. Ia lalu dirawat dan dibesarkan di sekawanan Monyet Capuchin. Belajar bertahan hidup, memanjat pohon, dan tidur di dahan. Selama lima tahun.

Seperti halnya Tarzan, Marina merasa berutang budi pada keluarga monyet yang merawatnya, yang "lebih manusiawi" daripada orang-orang yang menculiknya. Kisah Marina diawali suatu hari di tahun 1954. Kala itu ia sedang asyik bermain di kebun rumahnya di Kolombia. Tak menyadari ada bahaya mendekat. "Tiba-tiba aku melihat kilatan tangan hitam dan kain putih, menutup wajahku. Saat aku merasa syok dan terteror, aku mencium bau bahan kimia kuat," kata dia seperti dimuat Daily Mail (30/3/2013). Lalu, ia tak sadarkan diri. "Kupikir aku bakal mati."

Dua pria membawanya saat tak sadarkan diri, Marina mengaku mendengar suara mesin. Saat sadar berada di bagian belakang truk dan tak sendirian. "Aku mendengar suara tangis yang sesenggukan. Ada anak-anak lain di sana, yang ketakutan seperti aku," kata dia. 

Tak sempat berbincang Marina kembali tak sadarkan diri. Dua pria itu membawanya ke hutan dan meninggalkannya di sana. Marina terbangun dalam kondisi ketakutan dan luar biasa lapar, ia menangis, namun tak ada satupun yang datang. Ia pun lantas kembali tertidur, dan saat terbangun monyet-monyet telah mengerumuninya.

Belajar hidup Seperti Monyet

Para monyet, sekitar 30 ekor, mengelilinginya. Satu di antaranya menghampiri dan memukulnya hingga terguling. Penampilan yang berbeda membuat para monyet menginspeksinya, menarik-narik bajunya dan menjambak rambutnya. Marina meronta-ronta. "Aku berteriak, 'lepaskan aku!' berkali-kali. Tapi monyet-monyet itu baru berhenti setelah menginspeksiku." 

Untuk membunuh sepi, ia menirukan suara monyet. Untuk menyenangkan diri dan agar merasa nyaman mendengar suaranya sendiri. Tak disangka para monyet merespon suaranya. 

Marina pun makin mirip monyet. Makin sering menggaruk badannya yang jadi tempat hidup banyak binatang kecil, termasuk kutu. Lambat laun Marina berbaur dengan teman-temannya. 

Setelah merasa diterima, ia belajar memanjat pohon. Otot-ototnya makin kuat. Saat sampai di sarang di puncak pohon untuk kali pertamanya, para monyet acuh saja. Merasa kehadiran Marina di teritori mereka sebagai hal wajar. 

Bertemu Manusia

Makin besar kemampuannya, makin kuat daya jelajah Marina. Hingga suatu hari ia menemukan sekelompok gubuk. Memberanikan diri mendekat, ia bertemu dengan seorang ibu dan anaknya yang baru lahir. 

"Perasaanku bergejolak melihatnya, merasakan perasaan yang dibutuhkan semua manusia: untuk dicintai. Namun saat melihat ke mataku, hanya ada ketakutan di wajah perempuan itu." 

Perempuan itu lalu berteriak, membuat seorang pria berlari dari gubuk dan menangkap Marina. Pria itu lalu memaksa membuka mulutnya untuk memeriksa gigi-giginya. Tak ada yang runcing. Lalu melepasnya.

"Aku mencoba memohon padanya, minta makanan dan tempat tinggal, namun suara dan tindakanku lebih mirip monyet daripada manusia. Tanpa ragu, ia meninggalkan aku. Lalu, aku kembali ke hutan dengan perasaan terluka," kata Marina. 

Hari itu, ia mendapat pelajaran berharga. Keluarga bisa ditemukan di mana saja, di mana kita merasa dicintai dan diperhatikan. Saat itu, ia menepis keinginannya untuk kembali ke kehidupan manusia. "Monyet, bukan manusia, adalah keluarga saya."

Kembali ke Peradaban

Kehidupan Marina yang mirip Tarzan berakhir setelah keberadaannya diketahui sejumlah pemburu. Pemburu itu menukarnya dengan seekor burung beo di tempat prostitusi, melarikan diri sebelum melayani lelaki hidung belang pertamanya, menjadi pemimpin geng anak-anak, dan berakhir di Bradford, Inggris.

Ia lalu diadopsi sebuah keluarga di Bradford, belajar menjadi koki, bekerja di National Media Museum, banting setir dengan berkarir membantu anak-anak bermasalah setelah menikah dengan ahli bakteri di tahun 1970-an. Kini Marina hidup tenang di Inggris dengan suami dan anak-anaknya. Kisah hidupnya yang dulu tersembunyi saat ini diketahui dunia. 

Artikel di sadur dari liputan6.com

0 comments:

Post a Comment