Thursday, November 8, 2012

Mereduksi Tekanan Darah Secara Perlahan

Metode renal denervation (RDN) therapy sudah dikenal sekitar empat tahun lalu. Meski demikian, di Singapura terapi itu makin populer setahun terakhir. "Jumlah pasien yang sudah melakukan penanaman kateter tiga orang tahun ini," ungkap dr Melvin Tan MBBS MRCP FAMS. Dokter Eric Hong Cho Tek MRCP ACSM FAMS FSCAI menambahkan pernah merawat pasien dengan terapi RDN tersebut.


Kebetulan, menurut Eric, pasien RDN yang dirawatnya berasal dari Jakarta. "Pasien tersebut masih berumur 31 tahun. Dia seorang laki - laki dan bekerja sebagai pengusaha di Jakarta," ungkapnya. Menurut Eric, pengusaha muda asal Jakarta tersebut memang mengalami hipertensi. Tekanan darahnya luar biasa tinggi. Yakni, tensinya pernah tercatat 260/120mmHg. Untuk menurunkan tekanan darah yang sangat tinggi itu, pasien tersebut minum lima macam obat setiap hari. "Setelah minum obat, tekanan darahnya menjadi 180/95 mmHg. Tentu saja, ini masih tinggi," jelasnya.

Selain itu, pasien yang belum lama menikah tersebut mengidap beberapa penyakit lain. Salah satunya, kondisi ginjalnya kurang bagus. "Dengan kondisi seperti itu dan masa depannya masih panjang, dia adalah kandidat untuk metode RDN, istrinya sedang hamil tujuh bulan," paparnya. Nah, bagaimana kondisi pasien setelah menjalani RDN? Eric mengakui, penurunan tekanan darah dengan metode itu akan berlangsung secara bertahap dalam jangka waktu yang lama. "Setiap bulan tekanan darah akan turun perlahan. Penurunan tekanan darah itu akan berlangsung dalam jangka panjang, misalnya tiga tahun atau lebih," jelas Eric.

Dia juga tidak menjamin tekanan darah pasien akan turun menjadi benar - benar normal. Namun, konsumsi obat pasien yang bersangkutan berangsur - angsur berkurang. Awalnya, pasien mengkonsumsi lima jenis obat setiap hari. Konsumsi obatnya menjadi lebih sedikit setahun setelah pemasangan RDN. "Memang tidak bisa menggaransi metode ini akan membuat penyakit menjadi zero. Tapi, ini adalah salah satu usaha dan membuka harapan bagi pasien usia produktif," tegasnya. Melvin menambahkan, sebagai tindakan medis, tentu terapi RDN berpotensi menimbulkan resiko medis pula. "Meski peluangnya relatif kecil," tuturnya. Diantaranya, kerusakan ginjal, cidera pada pembuluh darah, berkurangnya tekanan darah, yaitu terlalu lambat atau malah sangat cepat. Selain itu, ada potensi timbul rasa sakit, infeksi, kulit serasa terbakar, serta perubahan elektrolit dalam tubuh.

0 comments:

Post a Comment