Wednesday, January 2, 2013

PBB : 60 Ribu Orang Tewas Akibat Konflik Di Suriah


Konflik di Suriah I foto : topwar.ru

Selama konflik di Suriah, yang dimulai pada Maret 2011. Lebih dari 60 ribu orang tewas. Hal ini dilaporkan oleh Navi Pillay, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, penyelidikan dilakukan di bawah naungan PBB. Untuk periode mulai tanggal 15 Maret 2011-30 November 2012.

Akhir November 2012 Konflik mulai melemah, kita bisa menerima kebenaran dari fakta bahwa pada awal tahun 2013 di Suriah menewaskan lebih dari 60 ribu orang. Itu adalah angka "benar-benar mengejutkan". Klaim Pilay

Konflik antara oposisi bersenjata dan pasukan pemerintah tidak berhenti di Suriah sejak Maret 2011. Sebelumnya dilaporkan bahwa korban kekerasan di negara itu, menurut berbagai sumber, mencapai 20 sampai 30 ribu orang. Pihak berwenang Suriah mengatakan mereka menghadapi perlawanan dari militan bersenjata, yang didukung dari luar.

Jumlah para korban konflik Suriah, bergantung pada informasi yang diberikan oleh tujuh sumber yang berbeda, di antaranya oposisi dan pemerintah.

Pekan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan bahwa lebih dari 5 juta orang di Suriah sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Selain itu, lebih 540.000 orang telah mengungsi di negara-negara tetangga di Lebanon, Yordania dan Turki, dan Afrika Utara. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi khawatir bahwa jika kecenderungan ini terus berlanjut, dengan Juni 2013 jumlah ini akan berlipat ganda, mencapai 1,1 juta orang. 

Sementara itu, pertempuran di Suriah tidak berhenti. Pada hari pertama tahun baru di Suriah selama perang menewaskan 35 warga sipil, 38 militan dan 31 tentara dari tentara reguler.

Konflik di Suriah sejak Maret 2011 sebelumnya di picu konfrontasi antara pemerintah dan oposisi. Pihak oposisi menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad.

Catatan kecil

Dukungan Barat terhadap kelompok oposisi Suriah bersifat setengah hati mengingat Suriah bukanlah negara minyak seperti Iraq atau Libya sehingga kepentingan mereka di negeri Syam itu tidak begitu besar. Sementara negara-negara Arab kaya minyak di Teluk tidak bisa berbuat banyak membela oposisi tanpa dukungan kuat Barat terutama dukungan politis dan militer.

0 comments:

Post a Comment