Monday, January 4, 2010

Askep Asuhan Keperawatan Amputasi

kapukonline.com Up-date Askep | Asuhan keperawatan Amputasi - ASKEP BEDAH

PENGERTIAN AMPUTASI

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas.

Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas

PENYEBAB / PRESDISPOSISI

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi

  1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
  2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
  3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berati
  4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
  5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
  6. Deformitas organ.

JENIS AMPUTASI

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

  1. Amputasi selektif/terencana :

    Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
  2. Amputasi akibat trauma

    Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
  3. Amputasi darurat

    Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas

Jenis Amputasi yang dikenal antara lain:

  1. Amputasi Terbuka

    Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama
  2. Amputasi Tertutup

    Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya

MANAGEMENT KEPERAWATAN pada AMPUTASI

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap pre-operatif, tahap intra-operatif, dan pada tahap post-operati

Pre Operatif
  1. Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
  2. Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi
    1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
      1. Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
    2. Pengkajian Fisik
      1. Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.

        Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

        SISTEM TUBUH

        KEGIATAN

        Integumen :

        Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

        Kulit secara umum

        Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif.

        Lokasi amputasi

        Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

        Sistem Cardiovaskuler :
        1. Cardiac reserve
        2. Pembuluh darah

        Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.
        Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah

        Sistem Respirasi

        Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

        Sistem Urinari

        Mengkaji jumlah urine 24 jam.
        Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

        Cairan dan elektrolit

        Mengkaji tingkat hidrasi.
        Memonitor intake dan output cairan.

        Sistem Neurologis

        Mengkaji tingkat kesadaran klien.
        Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

        Sistem Mukuloskeletal

        Mengkaji kemampuan otot kontralateral
    3. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
      1. Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
      2. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
      3. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
      4. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini
    4. Laboratorik
      1. Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung

DIAGNOSA KEPERAWATAN dan PERENCANAAN KEPERAWATAN AMPUTASI

Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain :

  1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
    1. Karakteristik penentu:
      1. Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan
      2. Menyatakan kurang pemahaman
      3. Meminta informasi
    2. Tujuan :
      1. Kecemasan pada klien berkurang
    3. Kriteria evaluasi:
      1. Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
      2. Mengungkapkan pemahaman tentang operasi
    4. Intervensi:
      1. Memberikan bantuan secara fisik danpsikologis, memberikan dukungan moral

        Rasional: Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya
      2. Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya

        Rasional: Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan / persepsi klien
      3. Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien

        Rasional: Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat
  2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
      2. Takut kecacatan.
      3. Rendah diri, menarik diri.
    2. Tujuan :
      1. Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
      2. Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru
    4. Intervensi :
      1. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup

        Rasional: Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.
      2. Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi

        Rasional: Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi
      3. Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah

        Rasional: Meningkatkan dukungan mental.
      4. Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi

        Rasional: Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain

  1. Mengatasi nyeri
    1. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.
    2. Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.
    3. Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese. Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
  2. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur
    1. Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki (yang sehat), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.
    2. Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
  3. Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
    1. Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
    2. Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu (karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka)
    3. Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.
    4. Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam
Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran.

Khusus untuk tindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif. Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi

Post Operatif

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien. Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka.

Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi.

Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :

  1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Menyatakan nyeri.
      2. Merintih, meringis.
    2. Tujuan :
      1. Nyeri hilang / berkurang.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Menyatakan nyeri hilang.
      2. Ekspresi wajah rileks.
    4. Intervensi :
      1. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup

        Rasional : Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental
      2. Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi

        Rasional: Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi
      3. Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah

        Rasional: Meningkatkan dukungan mental
      4. Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi

        Rasional: Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri
  2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
      2. Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
      3. Depresi.
    2. Tujuan :
      1. Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
      2. Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup
    4. Intervensi :
      1. Validasi masalah yang dialami klien

        Rasional: Meninjau perkembangan klien
      2. Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung
        1. Perawatan luka.
        2. Mandi.
        3. Menggunakan pakaian

        Rasional: Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh
      3. Berikan dukungan moral

        Rasional: Meningkatkan status mental klien
      4. Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri

        Rasional: Memfasilitasi penerimaan terhadap diri
  3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
    2. Tujuan :
      1. Tidak terjadi komplikasi.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
    4. Intervensi:

      Infeksi:
      1. Lakukan perawatan luka adekuat

        Rasional: Mencegah terjadinya infeksi

      Perdarahan; pantau
      1. Masukan dan pengeluaran cairan

        Rasional: Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputas
      2. Tanda-tanda vital tiap 4 jam

        Rasional: Sebagai monitor status hemodinamik
      3. Kondisi balutan tiap 4-8 jam

        Rasional: Indikator adanya perdaraham masif

      Emboli lemak
      1. Monitor pernafasan

        Rasional: Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin
      2. Persiapkan oksigen

        Rasional: Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat
      3. Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu

        Rasional: Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan
  4. dll

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :

  1. Melakukan perawatan luka post-operasi
    1. Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.
    2. Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).
  2. Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri
    1. Memberi dukungan psikologis.
    2. Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.
  3. Mencegah kontraktur
    1. Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.
    2. Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.
  4. Aktivitas perawatan diri
    1. Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
    2. Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.
    3. Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.
    4. Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.
    5. Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.

KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar, ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk mencapai tingkat homeostatis maksimal tubuh.

Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.(anas)

REFERENSI

  1. Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S (1986), Manual of Nursing Practice, 4th edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia
  2. Engram, Barbara (999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta.
  3. Kozier, erb; Oliveri (1991), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California.
  4. Reksoprodjo, S; dkk (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Semoga yang sedikit ini ada manfaatnta...

0 comments:

Post a Comment