Orang Jepang punya semangat kerja keras dan pantang bolos, belanja cuma apa yang diperlukan, pekerja atau karyawan punya loyalitas tinggi tidak suka resign, selalu mengembangkan teknologi yang baru ditemukan, pantang menyerah sudah menjadi pendirian warga Jepang, selalu saling bahu membahu atau istilah di Indonesia, yaitu gotong-royong, anak seumuran TK sudah diajarkan untuk mandiri dan mempertahankan adat istiadat sudah merupakan ciri khas dari mereka dan budaya malu dan membaca di Jepang cukup kentara.
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama.
2. MALU
Ketika mereka kalah bersaing, korupsi di dunia modern menjadi fenomena unik, yaitu “mengundurkan diri”. Orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Sikap anti konsumerisme (pantang boros) berlebihan menjadi tren dalam berbagai bidang kehidupan warga.
"Jangan mengatur keuangan sesuai gaya hidup anda, tetapi atur gaya hidup sesuai keuangan anda. "
Di Jepang tempat tinggal sangat sempit, tidak jarang ruang bermain, diubah menjadi ruang makan, lalu menjadi ruang tidur. Karena itu, orang tidak bisa membawa banyak barang ke rumah, walaupun mereka sanggup membelinya.
4. LOYALITAS
Sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi masyarakat Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Rata-rata produk elektronik perusahaan Jepang merupakan hasil racikan dari penemuan bangsa lain.
6. PANTANG MENYERAH
Sumber daya alam di Jepang cuma seupil namun tetap maju bersaing dengan negara-negara sekaliber Amerika, berbanding terbalik dengan Negara Indonesia yang cukup kaya raya, namun tetap dalam belenggu kemiskinan akibat korupsi dan sumber daya manusia yang kurang diberdayakan.
Warga Jepang mereka belajar lebih cepat dari kegagalan. Segalanya sesuatu dapat di daur ulang akibat minim sumber daya alam.
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.
Bagaimana dengan Indonesia, paling rajin baca SMS, twittern dan facebook. Damai ya. hehehe
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang.
Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
Bagaimana dengan Indonesia? mahasiswa telat dapat kiriman keburu teror orangtua, makhlum beda budaya. Pisss hehehe.
10. JAGA TRADISI & MENGHORMATI ORANG TUA
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi refleks orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.
Bagaimana dengan Indonesia, paling kita dikatain rusa masuk kampunglah, otak kerbaulah, monyetlah dll. Mahklum beda budaya. Walaupun demikian Warga Indonesia di mata dunia termasuk warga yang paling ramah. Geeer.
Artikel ini berjudul Asli 10 Rahasia Sukses Keberhasilan Orang Jepang, tak tahu siapa yang mengarangnya, namun disini saya sedikit merubah dan menguranginya. Thank you.
0 comments:
Post a Comment