Semua impian kita dapat menjadi nyata,

jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.

Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki,

anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah anda lakukan.

Kehidupan itu ibarat naik sepeda,

anda tidak akan jatuh kecuali anda berencana untuk berhenti mengayuhnya.

Pikiran kita ibarat parasut,

hanya berfungsi ketika terbuka.

Sukses adalah sebuah perjalanan,

bukan tujuan akhir.

Friday, May 7, 2010

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Hipertensi

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan tentang Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Hipertensi - PENYULUHAN. Posting juga berkaitan dengan posting ( Baca : Leaflet Serangan Jantung dan Stroke dan Askep / Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragic )

SATUAN ACARA PENYULUHAN

  1. Tema : Hipertensi
  2. Tujuan :
    1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, keluarga Ny.S mampu memahami penyakit hipertensi
    2. Tujuan Khusus: Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, Ny.S mampu menjelaskan:
      1. Pengertian hipertensi
      2. Jenis hipertensi
      3. Penyebab hipertensi
      4. Tanda dan gejala hipertensi
      5. Komplikasi hipertensi
      6. Pengobatan hipertensi
      7. Pencegahan hipertensi
      8. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
      9. Makanan yang perlu dihindari
      10. Melakukan pengobatan tradisional untuk hipertensi
  3. Sasaran : Ny.S dan keluarganya
  4. Tempat : Rumah Ny.S, Desa………Kelurahan……..Kecamatan……Kab……..
  5. Waktu : Pukul 08.30 WIB
  6. Penyuluh : …… (Mahasiswa AKPER……….)
  7. Materi:
    1. Pengertian hipertensi
    2. Jenis hipertensi
    3. Penyebab hipertensi
    4. Tanda dan gejala hipertensi
    5. Komplikasi hipertensi
    6. Pengobatan hipertensi
    7. Pencegahan hipertensi
    8. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
    9. Makanan yang perlu dihindari
    10. Cara membuat jus mentimun untuk penderita hipertensi
  8. Kegiatan belajar mengajar

    No

    FASE

    KEGIATAN

    PENYULUH

    SASARAN

    1

    Pra Interaksi

    Menyiapkan

     

    2

    Orientasi

     

     

    - Salam

    - Mengucap salam

    - Menjawab salam

    - Perkenalan

    - Meperkenalkan diri

    - Memperhatikan

    - Menjelaskan tujuan

    - Menjelaskan Tujuan

    - Memperhatikan

    - Kontrak waktu

     

     

    3

    Kerja

     

     

    - Melakukan appersepsi

    - Mengajukan pertanyaan

    - Menjawab pertanyaan

    Menjelaskan materi dengan metode

    - Menjelaskan materi dengan metode:

     

    a. Ceramah

    a. Ceramah

    a. Memperhatikan

    b. Tanya jawab

    b. Tanya jawab

    b. Menjawab pertanyaan

    c. Demonstrasi

    c. Demonstrasi

    c. Memperhatikan

    - Memberikan kesempatan bertanya

    - Mempersilahkan untuk bertanya

    - Mengajukan pertanyaan

    4

    Terminasi

    - Mengajukan pertanyaan

    - Menjawab pertanyaan

    - Salam

    - Mengucapkan salam

    - Menjawab salam

  9. Metode
    1. Ceramah
    2. Tanya jawab
    3. Demonstrasi
  10. Media dan alat peraga
    1. Leaflet tentang pengertian hipertensi, jenis hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, komplikasi hipertensi, pengobatan hipertensi, pencegahan hipertensi, makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi, makanan yang perlu dihindari, cara pengobatan tradisional untuk penderita hipertensi
    2. Mentimun, alat penyaring, serutan, gelas/tempat jus untuk membuat obat tradisional jus mentimun
  11. Rencana Evaluasi
    1. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan pengertian hipertensi
    2. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan jenis hipertensi
    3. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan penyebab hipertensi
    4. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
    5. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan komplikasi hipertensi
    6. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan pengobatan hipertensi
    7. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan pencegahan hipertensi
    8. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
    9. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan makanan yang perlu dihindari
    10. Ny.S dan keluarganya dapat mendemonstrasikan cara membuat jus mentimun untuk penderita hipertensi
  12. Daftar Pustaka
Surakarta, 17 Juli 2009
Penyuluh       

(………...)      

Lampiran: I. Materi Hipertensi

  1. Pengertian hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik diatas 150 mmHg dan tekanan darah diastolik = 100 mmHg. Jika tekanan darah anda adalah 170/100 mmHg, maka
    1. Tekanan sistoliknya : 170 mmHg
    2. Tekanan diastoliknya: 100 mmHg
  2. Jenis-jenis hipertensi adalah:
    1. Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140 – 159 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 90 – 95 mmHg
    2. Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160 – 179 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 100 – 109 mmHg
    3. Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180 – 209 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 110 – 120 mmHg
  3. Penyebab hipertensi antara lain adalah stres, usia, merokok, obesitas (kegemukan), alkohol, faktor keturunan, faktor lingkungan (gaduh/bising)
  4. Tanda dan gejala hipertensi antara lain adalah sakit kepala, pusing, lemas, kesemutan kelelahan, rasa berat di tengkuk, gangguan tidur.
  5. Komplikasi hipertensi antara lain:
    1. Penyakit jantung (gagal jantung)
    2. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
    3. Penyakit otak (stroke)
  6. Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut:
    1. Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin dokter
    2. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan
      1. Mengurangi asupan garam dan lemak
      2. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol bagi yang mengkonsumsinya
      3. Berhenti merokok bagi yang merokok
      4. Menurunkan berta badan bagi yang kegemukan
      5. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang
      6. Menghindari ketegangan
      7. Istirahat cukup
      8. Hidup tenang
  7. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi
    1. Kontrol teratur
    2. Minum obat teratur
    3. Diit rendah garam dan lemak
  8. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:
    1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya
    2. Buah-buahan keculi buah durian
    3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna
    4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan putih telurnya saja
    5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung lemak)
  9. Makanan yang perlu dihindari
    1. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman kaleng
    2. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing
    3. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin
  10. Pengobatan tradisional yang dapat dibuat dirumah antara lain dengan mengkonsumsi secara teratur jus:
    1. Buah mentimun
    2. Buah belimbing
    3. Daun seledri

    Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah
    1. ½ kg buah mentimun dicuci bersih
    2. Dikupas kulitnya kemudian diparut
    3. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
    4. Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari

DAFTAR PUSTAKA

  1. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. “Penuntun Diet”; Edisi Baru, Jakarta, 2004, PT Gramedia Pustaka Utama
  2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakrta, 1999

Semoga ada manfaatnya...

Askep Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Karsinoma / Tumor Rectie

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Tumor Rectie - ASKEP BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KARSINOMA RECTIE

I. KONSEP MEDIS Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

PENGERTIAN Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Karsinoma Rectie merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Rectie yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.

INSIDEN dan FAKTOR RESIKO Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya menyerang Rectie terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut

  1. Kebiasaan diet rendah serat
  2. Polyposis familial
  3. Ulcerasi colitis
  4. Deversi colitis

PATOFISIOLOGI Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.

Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.

Menurut P. Deyle, perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase.

  1. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun.
  2. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga.
  3. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata.

Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan, dan tidak sering penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

Organ Rectum

GAMBARAN KLINIS Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.

Tumor pada Rectie dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar.

Bila karsinoma Rectie menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

DIAGNOSA BANDING Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

  1. Kolitis ulserosa
  2. Penyakit Chron’s
  3. Kolitis karena amuba atau shigella
  4. Kolitis iskemik pada lansia
  5. Divertikel kolon

PROSEDUR DIAGNOSTIK Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:

  1. Anamnesis yang teliti, meliputi
    1. Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change of bowel habit)
    2. Perdarahan per anum
    3. Penurunan berat badan
    4. Faktor predisposisi:
      1. Riwayat kanker dalam keluarga
      2. Riwayat polip usus
      3. Riwayat kolitis ulserosa
      4. Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
      5. Uretero-sigmoidostomi
      6. Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)
  2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
    1. Status gizi
    2. Anemia
    3. Benjolan/massa di abdomen
    4. Nyeri tekan
    5. Pembesaran kelenjar limfe
    6. Pembesaran hati/limpa
    7. Colok rektum (rectal toucher)
  3. Pemeriksaan laboratorium
  4. Pemeriksaan radiologis
  5. Endoskopi dan biopsi
  6. Ultrasonografi

Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian keperawatan

PENGOBATAN Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.

  1. Pilihan utama adalah pembedahan
  2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:
    1. Sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
    2. Ada metastasis ke kelenjar limfe regional
    3. Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.

    (Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
  3. Obat sitostatika diberikan bila:
    1. Inoperabel
    2. Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
      Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
      1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
      2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
      3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)

    Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

II. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

RIWAYAT KEPERAWATAN dan PENGKAJIAN FISIK Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

  1. Aktivitas/istirahat:
    1. Gejala:
      1. Kelemahan, kelelahan/keletihan
      2. Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
      3. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
  2. Sirkulasi:
    1. Gejala:
      1. Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
    2. Tanda:
      1. Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
  3. Integritas ego:
    1. Gejala:
      1. Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
      2. Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
      3. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
    2. Tanda:
      1. Menyangkal, menarik diri, marah.
  4. Eliminasi:
    1. Gejala:
      1. Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
    2. Tanda:
      1. Perubahan bising usus, distensi abdomen
      2. Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
  5. Makanan/cairan:
    1. Gejala:
      1. Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
      2. Anoreksia, mual, muntah
      3. Intoleransi makanan
    2. Tanda:
      1. Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
  6. Nyeri/ketidaknyamanan:
    1. Gejala:
      1. Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
  7. Keamanan:
    1. Gejala:
      1. Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
    2. Tanda:
      1. Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
  8. Interaksi sosial
    1. Gejala:
      1. Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
      2. Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
  9. Penyuluhan/pembelajaran:
    1. Riwayat kanker dalam keluarga
    2. Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
    3. Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
    4. Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

TES DIAGNOSTIK Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

  1. Pemeriksaan Laboratorium
    1. Tinja :
      Tujuan/Interpretasi Hasil: Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja (makroskopis/mikroskopis)
    2. CEA (Carcino-embryonic anti-gen) :
      Tujuan/Interpretasi Hasil: Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat dalam mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan residif atau metastase
  2. Pemeriksaan radiologis
    Tujuan/Interpretasi Hasil: Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast) untuk melihat gambaran lesi secara radiologis
  3. Endoskopi dan biopsi
    Tujuan/Interpretasi Hasil: Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis
  4. Ultrasonografi
    Tujuan/Interpretasi Hasil: Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis ke hati

PRIORITAS PERAWATAN Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

  1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
  2. Meningkatkan kenyamanan
  3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
  4. Mencegah komplikasi
  5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan INTERVENSI KEPERAWATAN Ca / CANCER / KANKER / CARSINOMA / KARSINOMA / TUMOR RECTIE

  1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
    1. Ditandai dengan:
      1. Peningkatan bunyi usus/peristaltik
      2. Peningkatan defekasi cair
      3. Perubahan warna feses
      4. Nyeri/kram abdomen
    2. Intervensi Keperawatan:
      1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi)
        Rasional: Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan klien
      2. Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral
        Rasional: Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan
      3. Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare
        Rasional: Membantu klien menghindari agen pencetus diare
      4. Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.
        Rasional: Menilai perkembangan masalah
      5. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
        Rasional: Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan
      6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).
        Rasional: Antibiotika untuk membunuh/menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
    1. Ditandai dengan:
      1. Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
      2. Peningkatan bunyi usus
      3. Konjungtiva dan membran mukosa pucat
      4. Mual, muntah, diare
    2. Intervensi Keperawatan:
      1. Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
        Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
      2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
        Rasional: Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
      3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
        Rasional: Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan
      4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
        Rasional: Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi
      5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral
        Rasional: Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.
  3. Ansietas (uraikan tingkatannya) berhubungan dengan faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
    1. Ditandai dengan:
      1. Eksaserbasi penyakit tahap akut
      2. Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
      3. Iritabel
      4. Fokus perhatian menyempit
    2. Intervensi Keperawatan:
      1. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
        Rasional: Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi
      2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik
        Rasional: Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien
      3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini
        Rasional: Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya
      4. Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan
        Rasional: Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan
      5. Kolaborasi pemberian obat sedatif
        Rasional: Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat
      6. Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan
        Rasional: Menilai perkembangan masalah klien
  4. Koping individu tak efektif berhubungan dengan intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
    1. Ditandai dengan:
      1. Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
      2. Menyatakan diri tidak berharga
      3. Depresi dan ketergantungan
    2. Intervensi Keperawatan:
      1. Bantu klien mengembangkan strategi pemecahan masalah yang sesuai didasarkan pada kekuatan pribadi dan pengalamannya
        Rasional: Penderita kanker tahap dini dapat hidup survive dengan mengikuti program terapi yang tepat dan dengan pengaturan diet dan aktivitas yang sesuai
      2. Mobilisasi dukungan emosional dari orang lain (keluarga, teman, tokoh agama, penderita kanker lainnya)
        Rasional: Dukungan semua orang dapat membantu meningkatkan spirit klien untuk mengikuti program terapi
      3. Kolaborasi terapi medis/keperawatan psikiatri bila klien mengalami depresi/agresi yang ekstrim
        Rasional: Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada keadaan depresi/agresi yang berat dan lama sehingga dapat memperburuk keadaan kesehatan klien
      4. Kaji fase penolakan-penerimaan klien terhadap penyakitnya (sesuai teori Kubler-Ross)
        Rasional: Menilai perkembangan masalah klien
  5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
    1. Ditandai dengan:
      1. Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
      2. Tidak akurat mengikuti instruksi
      3. Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
    2. Intervensi Keperawatan:
      1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien
        Rasional: Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien
      2. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien
        Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah yang dialaminya
      3. Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi
        Rasional: Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.
      4. Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
        Rasional: Penderita kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat meningkatkan kualitas hidupnya

DAFTAR PUSTAKA

  1. Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
  2. Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
  3. Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
  4. Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Semoga bermanfaat...

Thursday, May 6, 2010

Askep Ca / Cancer / Kanker / Karsinoma / Tumor Colon

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Tumor Colon - ASKEP BEDAH

Baca selengkapnya »

Tuesday, May 4, 2010

Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Tumor Mammae

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Tumor Mammae - ASKEP BEDAH. Setelah sebelumnya posting ( Baca : Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR BULI )

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

PENGERTIAN Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

Carsinoma mammae adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase (Soeharto Resko Prodjo, 1995)

Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).

PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

Menurut C. J. H. Van de Velde

  1. Ca Payudara yang terdahulu
    1. Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan
  2. Keluarga
    1. Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
  3. Kelainan payudara (benigna)
    1. Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
  4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
    1. Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
  5. Faktor endokrin dan reproduksi
    1. Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun
    2. Menarche kurang dari 12 tahun
  6. Obat anti konseptiva oral
    1. Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

GAMBARAN KLINIK Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

Menurut William Godson III. M. D

  1. Tanda carsinoma
    Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
  2. Gejala carsinoma
    Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.

ANATOMI

Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Tumor Mammae

PATOFISIOLOGI Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )

PATHWAYS

  1. Download PATHWAYS Ca MAMMAE

MASALAH KEPERAWATAN pada Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

  1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
  2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan.
  3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose jaringan.
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae.
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
  6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
  7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan.

FOKUS PENGKAJIAN Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

  1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
    1. Kaji tingkat nyeri dengan P. Q. R. S. T.
      1. Provoking : Penyebab
      2. Quality : Kwalitas
      3. Region : Lokasi
      4. Severate : Skala
      5. Time : Waktu
    2. Kaji efek nyeri pada individu dengan menggunakan individu dan keluarga
      1. Kinerja (pekerjaan) tanggung jawab peran
      2. Interaksi sosial
      3. Keuangan
      4. Aktifitas sehari – hari
      5. Kognitif / alam perasaa
      6. Unit keluarga (respon anggota keluarga)
  2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan
    Hal yang dikaji :
    1. Identifikasi faktor penyebab kerusakan integritas
    2. Identifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan, kerusakan integritas
    3. Identifikasi tahap perkembangan
      1. C1 Tahap I : eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh
      2. C2 Tahap II : ulserasi pada epidermis atau dermis
      3. C3 Tahap III : ulserasi meliputi lemak kuta
      4. C4 Tahap IV : ulserasi meluas otot, telinga dan struktur penunjang
  3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfatik, necrose jaringan
    1. Kaji tanda radang
    2. Kaji intake
    3. Kaji pemberian obat dengan 5 benar ( waktu, obat, nama, dosis, cara
    4. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Lekosit)
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae
    Hal yang dikaji :
    1. Kaji perasaan terhadap kehilangan dan perubahan mammae
    2. Kaji respon negatif verbal dan non verbal
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
    Hal yang dikaji :
    1. Tingkat pendidikan
    2. Kemampuan dalam mempersepsikan status kesehata
    3. Perilaku kesehatan yang tidak tepat
  6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
    Hal yang dikaji :
    1. Kaji intake
    2. Pantau berat badannya
    3. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Gula darah )
    4. Kaji mual dan muntah
  7. Ansietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian tentang pengaobatan, perasaan putus asa dan tak berada, ketidak cukupan pengetahuan carsinoma dan pengobatan
    Hal yang dikaji :
    1. Kaji dan ukur tanda - tanda vital
    2. Kaji tingkat kecemasan, ringan, sedang, berat, panik
    3. Kaji tingkat pendidikan

FOKUS INTERVENSI Ca / CANCER / CARSINOMA / TUMOR MAMMAE

Fokus intervensi dari perawatan pasien dengan carsinoma mammae

  1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi, diseksi otot ( Danielle Gale, 1995; Doengos, 1993)
    1. Kriteria evaluasi :
      1. Pasien mengekspresikan penurunan nyeri
    2. Intervensi:
      1. Perhatikan lokasi nyeri
      2. Lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10)
      3. Perhatikan respon verbal dalam mengungkapkan nyeri
      4. Pantu pasien untuk posisi yang nyaman serta tindakan yang dapat memberi kenyamanan seperti masase punggung
      5. Dorong ambualasi dini dan teknik relaksasi
      6. Berikan obat sesuai pesanan.
  2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya edema, destruksi jaringan ( Doengos, 1993)
    1. Kriteria evaluasi :
      1. Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema
    2. Intervensi :
      1. Obsrvasi balutan / luka setelah dilakukan perawatan luka, guna mengetahui karakteristik luka, drainase, quasi edema, kemerahan dan insisi pada mammae
      2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada sisi puggung yang tidak sakit
      3. Injeksi dibagian yang tidak sakit
      4. Kosongkan drain secara periodik, catat jumlah dan karakteristik
  3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfalik karena diseksi nodus limfe aksilaris dan adanya drain pembedahan ( Danielle Gale, 1945)
    1. Kriteria evaluasi :
      1. Tidak ada infeksi pada extremitas yang sakit dan atau pada daerah luka pembedahan
    2. Intervensi :
      1. Observasi lengan yang sakit terhadap adanya tanda – tanda infeksi
      2. Observasi integritas kulit yang tertutup diatas dinding dada terhadap tanda dan gejala kemerahan, pembengkakan dan drainase, bau tidak sedap, serta warna kekuning – kuningan atau kehijau – hijauan
      3. Hindari penggunaan extremitas yang sakit untuk pemasangan infus
      4. Observasi daerah pemasangan drainase terhadap adanya tanda kemerahan, nyeri pembengkakan, atau adanya drainase purulenta
      5. Observasi kulit dan rawat kuku pada daerah yang sakit.
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran dari mastektomi segmental dan atau radiasi mammae ( Dainalle Galle, 1995)
    1. Kriteria evaluasi :
      1. Rasa percaya diri meningkat
    2. Intervensi :
      1. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa carsinoma mammae, pengobatannya dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup
      2. Evaluasi perasaan pasien atas kehilangan mammae pada aktifitas sexual, hubungan dan citra tubuhnya
      3. Berikan kesempatan pasien terhadap rasa berduka atas kehilangan mammae
      4. Izinkan pasien mengungkapkan perasaan negatifnya.
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan ( Daianlle Galle, 1995)
    1. Kriteria evaluasi :
      1. Pasien dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan akan pengobatan carsinoma
      2. Pasien mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan – tindakan yang kemungkinan timbul dari efek samping
    2. Intervensi :
      1. Observasi pengetahuan pasien / keluarga mengenai carsinoma mammae dan anjurkan pengobatannya
      2. Jelaskan patofisiologi dari carsinoma mammae
      3. Hindari janji – janji yang tidak mungkin
      4. Berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai
  6. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan informasi dan pengobatannya ( Lynda Juall, 1993 )
    1. Kriteria evaluasi :
      1. Pasien akan berbagi masalah mengenai diagnosa carsinoma
    2. Intervensi :
      1. Berikan kesempatan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan
      2. Lakukan kontak sering, berikan suasana ketenangan dan rileks
      3. Tunjukkan sikap yang tidak menilai dan mendengar penuh perhatian
      4. Dorong diskusi tentang carsinoma dan pengalaman orang lain
  7. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi ( Danielle galle, 1995 )
    1. Kriteria evaluasi :
      1. Berat badan naik atau turun
    2. Intervensi :
      1. Monitor untuk mekanan tiap hari
      2. Timbang badan tiap hari jika memungkinkan
      3. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat
      4. Observasi ulang makanan pantang dan kesukaan
      5. Manipulasi lingkungan yang nyaman, bersih, dan tak berbau
      6. Anjurkan makan porsi kecil dan sering
      7. Kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diet TKTP

DAFTAR PUSTAKA

  1. Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku saku diagnosa keperawatan dan dokumentasi, edisi 4, Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC
  2. C. J. H. Van de Velde (1996), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono” Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC
  3. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica Ester, Jakarta, EGC
  4. Daniell Jane Charette (1995), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa Imade Kariasa, Jakarta, EGC
  5. Theodore R. Schrock, M. D (1992), Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma, dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta, EGC
  6. Thomas F Nelson, Jr M. D (1996), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr. Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta, E G C

Semoga bermanfaat....

Leaflet DM (Diabetes Melittus)

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Leaflet Diabetes Melittus (DM) - LEAFLET

DIABETES MELITTUS

APAKAH DIABETES ITU?

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif.

Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan energi

GEJALA dan TANDA DIABETES MELITTUS

  1. Sering merasa haus
  2. Sering kencing terutama malam hari
  3. Pandangan menjadi kabur
  4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas
  5. Penurunan berat badan
  6. Kulit terasa kering
  7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
  8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
  9. Mual dan muntah

BAGAIMANA MENGENDALIKAN DIABETES MELITTUS ANDA?

Untuk mengontrol diabetes anda, diperlukan keseimbangan antara 3 hal penting berikut ini, yaitu:

  1. Diet
  2. Olah raga dan aktifitas fisik
  3. Obat anti diabetes (pengendali gula darah)

Diabetes berdampak besar di hampir seluruh aspek kehidupan, tapi masih banyak yang dapat anda lakukan meski menderita diabetes

TIPS DIET BAGI PENDERITA DIABETES

  1. Konsultasikan kebutuhan kalori, porsi makan dan jenis makanan dengan dokter atau ahli gizi.
  2. Makanlah secara teratur 3 kali sehari.
  3. Makanlah beragam makanan agar tubuh mendapatkan nutrisi yang diperlukan & mencegah kebosanan
  4. Kurangi makanan yang digoreng & banyak mengandung lemak
  5. Batasi gula dan makanan mengandung gula
  6. Konsultasikan dengan dokter untuk penggunaan pemanis pengganti gula
  7. Batasi asupan garam untuk mengontrol tekanan darah.
  8. Hindari minuman yang mengandung alcohol, karena mengakibatkan reaksi yang berbahaya dengan obat yang anda minum

OLAH RAGA DAN AKTIFITAS FISIK PENDERITA DIABETES

  1. Olah raga dan aktifitas fisik teratur sangat baik karena membantu mengontrol gula darah.
  2. Konsultasikan jenis olah raga, lama waktu dan target latihan anda dengan dokter.
  3. Mulailah olah raga ringan, seperti jalan kaki atau senam. Berolah raga ringan 10 – 20 menit setiap hari lebih baikdaripada 1 jam seminggu sekali.
  4. Buat suasana olah raga yang menyenangkan, misalnya dengan melakukannya bersama keluarga atau teman.
  5. Lakukan aktifitas fisik yang anda sukai, karena bila anda menyukainya, anda akan rajin melakukannya secara teratur.

Diabetes sering dapat dikendalikan hanya dengan diet & olah raga saja, tanpa harus mengkonsumsi obat diabetes

OBAT ANTI DIABETES

  1. Obat anti diabetes berbentuk tablet atau suntikan (insulin). Tanyakan pada dokter tentang dosis, cara menggunakan dan kapan mengkonsumsi obat diabetes.
  2. Obat diabetes menurunkan kadar gula dalam darah, sehingga berbahaya bila diminum dalam keadaan perut kosong. Makanlah cukup makanan bila mengkonsumsi obat diabetes.
  3. Jangan minum obat sembarangan, karena banyak obat akan bereaksi dengan obat diabetes. Bila anda sakit dan harus minum obat, konsultasikan dengan dokter. Sampaikan bahwa anda menderita diabetes sehingga dokter akan memilih obat yang aman untuk anda.

CATATLAH SEMUA HASIL PEMERIKSAAN

  1. Tanyakan target glukosa darah anda pada dokter.
  2. Kenali gejala dan tanda hipoglikemia dan hiperglikemia. Kedua keadaan ini sama-sama berakibat fatal bagi penderita diabetes.
    1. HIPOGLIKEMIA (Glukosa darah terlalu rendah)
      1. Keringat dingin
      2. Gemetar
      3. Berkunang-kunang
      4. Perubahan mood
      5. Rasa lapar
      6. Sakit kepala
      7. Pandangan kabur
      8. Pucat dan lemas
    2. HIPERGLIKEMIA (Glukosa darah terlalu tinggi)
      1. Mulut terasa kering
      2. Rasa haus
      3. Sakit perut
      4. Sering kencing
      5. Mengompol

KOMPLIKASI DIABETES MELITUS

Komplikasi diabetes dapat terjadi setelah seseorang minimal 10 tahun menderita diabetes, terutama bila kadar glukosa darah tidak terkendali.

Mengendalikan kadar glukosa darah membantu mencegah dan memperlambat terjadinya komplikasi diabetes

PENCEGAHAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS

  1. Pemeriksaan mata minimal 1 tahun sekali
  2. Lakukan pemeriksaan laboratorium:
    1. Secara teratur minimal 1 bulan sekali
      1. Glukosa puasa
      2. Glukosa 2 jam pasca puasa (setelah makan)
    2. Secara teratur setiap 3 bulan sekali:
      1. Pemeriksaan Hb1c (yang lebih dikenal dengan hemoglobin terglikasi, adalah salah satu fraksi hemoglobin di dalam tubuh manusia yang berikatan dengan glukosa secara nonenzimatik)
  3. Pemeriksaan profil lemak (Cholesterol, HDL, LDL, Trigliserida) minimal 6 bulan sekali
  4. Pemeriksaan dan perawatan gigi minimal 6 bulan sekali
  5. Pencegahan luka dan perawatan kaki dengan seksama
  6. Stop merokok
  7. Berolahraga secara teratur
  8. Menurunkan kelebihan berat badan

Kadar Hb1c yang terukur sekarang atau ‘sewaktu’ mencerminkan kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang lampau (sesuai dengan umur sel darah merah manusia kira-kira 100-120 hari), sehingga hal ini dapat memberikan informasi seberapa tinggi kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang lalu

Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) mengungkapkan bahwa setiap penurunan Hb1C sebesar 1% akan mengurangi resiko kematian akibat diabetes sebesar 21%, dan resiko terjadinya serangan jantung 14%

Lakukan Pemeriksaan GLUKOSA PUASA dan 2 Jam PP secara teratur (setiap bulan) serta pemeriksaan Hb1C (tiap 3 bulan) untuk mencegah komplikasi

Untuk Mendapatkan LEAFLET DIABETES MELITTUS YANG SIAP CETAK dan BERWARNA, DOWNLOAD LEAFLET DIABETES MELITTUS

Semoga ada manfaatnya...

Monday, May 3, 2010

Demam Tifoid (Leaflet)

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Demam Tifoid (Leaflet) - LEAFLET. Posting Leaflet yang lain ( Baca : Leaflet Diabetes Melittus (DM) dan Leaflet Kanker Prostat )

TENTANG DEMAM TIFOID

Sampai saat ini demam tifoid masih merupakan problem kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Data WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian per tahun.

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, merupakan bakteri batang gram negative. Spektrum klinis demam tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septic yang lain, ensefalopati atau timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan.

Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain seperti dengue, malaria atau leptospirosis, terutama pada minggu pertama sakit. Hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan penunjang laboratorium untuk konfirmasi penegakan diagnosis.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG DEMAM TIFOID

Pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

  1. Pemeriksaan darah rutin
  2. Pemeriksaan biakan kuman
  3. Uji serologis, dan
  4. Pemeriksaan kuman secara molekuler.

Jumlah dan hitung jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas ,

Spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai membedakan penderita demam tifoid atau bukan, tetapi adanya leucopenia dan limfositosis relative menjadi dugaan kuat diagnosis demam tifoid.

Diagnosis pasti ditegakkan dari hasil biakan darah/sumsum tulang (pada awal penyakit) serta urine dan feces. Metode biakan darah mempunyai spesifisitas tinggi (95%) akan tetapi sensitivitasnya rendah (± 40%) terutama pada anak dan pada pasien yang sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya. Selain itu, hasil juga tergantung dari saat pengambilan pada perjalanan penyakit.

Pemeriksaan biakan perlu waktu lama (± 7 hari), harganya relative mahal dan tidak semua laboratorium bias melakukannya. Pemeriksaan kuman secara molekuler dengan melacak DNA dari specimen klinis menggunakan metode PCR masih belum memberikan hasil yang sangat memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih terbatas dalam laboratorium penelitian.

Metode pemeriksaan serologis mempunyai nilai penting dalam proses diagnostic demam tifoid, yang paling sering digunakan adalah tes Widal

PROBLEMATIKA TEST WIDAL

Prinsip uji widal adalah pemeriksaan reaksi antara antibodi agglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatic (O) dan flagella (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibody dalam serum.

Interprestasi tes widal harus memperhatikan beberapa factor yaitu sensitivitas, stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibody; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); factor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.

Tes widal mempunyai keterbatasan nilai diagnostic karena sulit diinterprestasikan terutama di daerah endemis, seperti Indonesia, dan bila pemeriksaan hanya dilakukan satu kali (single serum).

Pemeriksaan Widal baru mempunyai nilai diagnostic bila pada pemeriksaan serum fase konvalesen terdapat peningkatan titer anti O dan anti H sebanyak empat kali.

Tes Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat (± 70%), dapat negative palsu pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.

Tes Widal negative palsu dapat terjadi pada:

  1. Carrier tifoid
  2. Jumlah bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi antibody pada host
  3. Pasien sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya

Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada:

  1. Imunisasi dengan antigen Salmonella
  2. Reaksi silang dengan Salmonella non tifoid
  3. Infeksi malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain

PILIHAN TEST BARU

Telah tersedia pemeriksaan serologis untuk mendeteksi infeksi demam tifoid yang sedang terjadi (current infection) yang disebabkan oleh Salmonella typhi yaitu IgM Anti Salmonella typhi (TUBEX®TF). Hasil IgM Anti Salmonella typhi positif disertai dengan gejala klinis demam tifoid menunjukkan bahwa kemungkinan besar saat ini terjadi current infection oleh Salmonella typhi

PRINSIP METODE

Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetetifsemi kuantitatif yang sederhana dan cepat (± 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogroup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibody IgM dan tidak mendeteksi antibody IgG.

Beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%.

Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana.

REFERENSI

  1. Diagnosis of typhoid fever, Dalam: Background document: The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. World Health Organization, 2003; 7-18
  2. Parry CM. Typhoid fever. N Engl J Med 2002; 347(22): 1770-82.
  3. Lim PL, Tam FCH, Cheong YM, Jegathesan M. One-step 2-minute test to detect typhoid-spesific antibodies based on particle separation in tubes. J Clin Microbiol 1998; 36(8):2271-8
  4. Gasem MH, Smits HL, Goris MGA, Dolmans WMV. Evaluation of a sample and rapid dipstick assay for the diagnosis of typhoid fever in Indonesia. J Med Microbiol 2002; 51: 173-7
  5. Gophalakhrisnan V, Sekhar WY, Soo EH, Vinsent RA, Devi S. Typhoid fever in Kuala Lumpur and a comparative evaluatin of two commercial diagnostic kits for the detection of antibodies to Salmonella typhi. Sing Med J 2002; 43(7): 354-8

Untuk mendapatkan Leaflet yang siap cetak dan berwarna, DOWNLOAD LEAFLET DEMAM TIFOID BERWARNA SIAP CETAK

Semoga bermanfaat....

Saturday, May 1, 2010

Askep BPH Benigna Prostat Hiperplasi Hipertrofi

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hiperplasi / Hipertrofi (BPH) - ASKEP BEDAH

PENGERTIAN BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI / HIPERPLASI (BPH)

Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).

Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).

ETIOLOGI BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI / HIPERPLASI (BPH)

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain :

  1. Dihydrotestosteron
    Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
  2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
    Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
  3. Interaksi stroma – epitel
    Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
  4. Berkurangnya sel yang mati
    Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
  5. Teori sel stem
    Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit (Roger Kirby, 1994 : 38).

PATHWAY BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI / HIPERPLASI (BPH)

  1. Download Pathway BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI / HIPERPLASI)

GEJALA BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI / HIPERPLASI (BPH)

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigna Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :

  1. Gejala Obstruktif yaitu :
    1. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
    2. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
    3. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
    4. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
    5. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
  2. Gejala Iritasi yaitu :
    1. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
    2. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
    3. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing

DIAGNOSIS BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI / HIPERPLASI (BPH)

Untuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa cara antara lain

  1. Anamnesa
    Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.
  2. Pemeriksaan Fisik
    1. Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok - septik.
    2. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin
    3. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
    4. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
    5. Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
      1. Derajat I = beratnya ± 20 gram.
      2. Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.
      3. Derajat III = beratnya > 40 gram.
  3. Pemeriksaan Laboratorium
    1. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
    2. Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.
    3. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya keganasan.
  4. Pemeriksaan Uroflowmetri
    Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
    1. Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.
    2. Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
    3. Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.
  5. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik
    1. BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.
    2. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra pubik.
    3. IVP (Pyelografi Intravena). Digunakan untuk melihat fungsi exkresi ginjal dan adanya hidronefrosis.
    4. Pemeriksaan Panendoskop. Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli.

PENATALAKSANAAN BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI / HIPERPLASI (BPH)

Modalitas terapi BPH adalah :

  1. Observasi
    Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien
  2. Medikamentosa
    Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.
  3. Pembedahan
    1. Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
      1. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
      2. Klien dengan residual urin > 100 ml.
      3. Klien dengan penyulit.
      4. Terapi medikamentosa tidak berhasil.
      5. Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
    2. Pembedahan dapat dilakukan dengan :
      1. TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 - 95 % )
      2. Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
      3. Perianal Prostatectomy
      4. Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
  4. Alternatif lain (misalnya: Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi Ultrasonik .

DIAGNOSA dan PERENCANAAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI/PLASI (BPH)

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

Pre Operasi :

  1. Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat.
    1. Tujuan : tidak terjadi obstruksi
    2. Kriteria hasil :
      1. Berkemih dalam jumlah yang cukup
      2. Tidak teraba distensi kandung kemih
    3. Rencana Tindakan:
      1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
        Rasional: Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih
      2. Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan pancaran urina
        Rasional: Untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi
      3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih
        Rasional: Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal
      4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung
        Rasional: Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta membersihkan ginjal ,kandung kemih dari pertumbuhan bakteri
      5. Berikan obat sesuai indikasi (antispamodik)
        Rasional: Mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan
  2. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
    1. Tujuan :Nyeri hilang / terkontrol
    2. Kriteria hasil:
      1. Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol
      2. Menunjukkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu.
      3. Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat
    3. Rencana Tindakan:
      1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
        Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih
      2. Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan pancaran urina
        Untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi
      3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih
        Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal
      4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung
        Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta membersihkan ginjal ,kandung kemih dari pertumbuhan bakteri
      5. Berikan obat sesuai indikasi (antispamodik)
        Mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan
  3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.
    1. Tujuan: Keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara.
    2. Kriteria hasil:
      1. Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan: tanda -tanda vital stabil, nadi perifer teraba, pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluaran urin tepat.
    3. Rencana Tindakan:
      1. Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/
        Diuresisi yang cepat dapat mengurangkan volume total karena ketidakl cukupan jumlah natrium diabsorbsi tubulus ginjal
      2. Pantau masukan dan haluaran cairan
        Indikator keseimangan cairan dan kebutuhan penggantian
      3. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah, diaforesis, pucat
        Deteksi dini terhadap hipovolemik sistemik
      4. Tingkatkan tirah baring dengan kepala lebih tinggi
        Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostatis sirkulasi
      5. Kolaborasi dalam memantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh: Hb / Ht, jumlah sel darah merah. Pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosit
        Berguna dalam evaluasi kehilangan darah / kebutuhan penggantian. Serta dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi misalnya penurunan faktor pembekuan darah
  4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah
    1. Tujuan: Pasien tampak rileks.
    2. Kriteria hasil:
      1. Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
      2. Menunjukkan rentang yang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut
    3. Rencana Tindakan:
      1. Dampingi klien dan bina hubungan saling percaya
        Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu
      2. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
        Membantu pasien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan
      3. Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan
        Memberikan kesempatan pada pasien dan konsep solusi pemecahan masalah
  5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
    1. Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan prognosisnya
    2. Kriteria hasil:
      1. Melakukan perubahan pola hidup atau prilasku ysng perlu
      2. Berpartisipasi dalam program pengobatan
    3. Rencana Tindakan:
      1. Dorong pasien menyatakan rasa takut persaan dan perhatian Membantu pasien dalam mengalami perasaan
      2. Kaji ulang proses penyakit,pengalaman pasien Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi.

Post Operasi :

  1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P
    1. Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang.
    2. Kriteria hasil
      1. Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang
      2. Ekspresi wajah klien tenang.
      3. Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.
      4. Klien akan tidur / istirahat dengan tepat.
      5. Tanda – tanda vital dalam batas normal
    3. Rencana Tindakan:
      1. Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih
        Kien dapat mendeteksi gajala dini spasmus kandung kemih
      2. Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal gejala – gejala dini dari spasmus kandung kemih
        Menentukan terdapatnya spasmus sehingga obat – obatan bisa diberikan
      3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 sampai 48 jam
        Memberitahu klien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer
      4. Beri penyuluhan pada klien agar tidak berkemih ke seputar kateter
        Mengurang kemungkinan spasmus.
      5. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P
        Mengurangi tekanan pada luka insisi
      6. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi
        Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping
      7. Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat bekuan pada selang
        Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi kandung kemih dengan peningkatan spasme
      8. Observasi tanda – tanda vital
        Mengetahui perkembangan lebih lanjut.
      9. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat – obatan (analgesik atau anti spasmodik )
        Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.
  2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
    1. Tujuan: Klien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi.
    2. Kriteria hasil:
      1. Klien tidak mengalami infeksi.
      2. Dapat mencapai waktu penyembuhan.
      3. Tanda – tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda – tanda shock
    3. Rencana Tindakan:
      1. Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter dengan steril
        Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi
      2. Anjurkan intake cairan yang cukup (2500 – 3000) sehingga dapat menurunkan potensial infeksi.
        Meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi ISK dikurangi dan mempertahankan fungsi ginjal
      3. Pertahankan posisi urobag dibawah
        Menghindari refleks balik urine yang dapat memasukkan bakteri ke kandung kemih
      4. Observasi tanda – tanda vital, laporkan tanda – tanda shock dan demam
        Mencegah sebelum terjadi shock.
      5. Observasi urine: warna, jumlah, bau.
        Mengidentifikasi adanya infeksi.
      6. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibiotik
        Untuk mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan
  3. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
    1. Tujuan: Tidak terjadi perdarahan.
    2. Kriteria hasil:
      1. Klien tidak menunjukkan tanda – tanda perdarahan .
      2. Tanda – tanda vital dalam batas normal .
      3. Urine lancar lewat kateter .
    3. Rencana Tindakan :
      1. Jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah pembedahan dan tanda – tanda perdarahan
        Menurunkan kecemasan klien dan mengetahui tanda – tanda perdarahan
      2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalm saluran kateter
        Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan perdarahan kandung kemih
      3. Sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi
        Dengan peningkatan tekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan
      4. Mencegah pemakaian termometer rektal, pemeriksaan rektal atau huknah, untuk sekurang – kurangnya satu minggu
        Dapat menimbulkan perdarahan prostat
      5. Pantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi dilepas
        Traksi kateter menyebabkan pengembangan balon ke sisi fosa prostatik, menurunkan perdarahan. Umumnya dilepas 3 – 6 jam setelah pembedahan
      6. Observasi: Tanda – tanda vital tiap 4 jam,masukan dan haluaran dan warna urine
        Deteksi awal terhadap komplikasi, dengan intervensi yang tepat mencegah kerusakan jaringan yang permanen
  4. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.
    1. Tujuan: Fungsi seksual dapat dipertahankan
    2. Kriteria hasil:
      1. Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun .
      2. Klien menyatakan pemahaman situasi individual .
      3. Klien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah .
      4. Klien mengerti tentang pengaruh TUR – P pada seksual.
    3. Rencana tindakan :
      1. Beri kesempatan pada klien untuk memperbincangkan tentang pengaruh TUR – P terhadap seksual
        Untuk mengetahui masalah klien
      2. Jelaskan tentang : kemungkinan kembali ketingkat tinggi seperti semula dan kejadian ejakulasi retrograd (air kemih seperti susu)
        Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas dan berdampak disfungsi seksual
      3. Mencegah hubungan seksual 3-4 minggu setelah operasi
        Bisa terjadi perdarahan dan ketidaknyamanan
      4. Dorong klien untuk menanyakan kedokter salama di rawat di rumah sakit dan kunjungan lanjutan
        Untuk mengklarifikasi kekhawatiran dan memberikan akses kepada penjelasan yang spesifik
  5. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
    1. Tujuan: Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan .
    2. Kriteria hasil:
      1. Klien akan melakukan perubahan perilaku.
      2. Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.
      3. Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan
    3. Rencana tindakan:
      1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu
        Dapat menimbulkan perdarahan
      2. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan
        Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi kebutuhan mengedan pada waktu BAB
      3. Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari
        Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah
      4. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter
        Untuk menjamin tidak ada komplikasi
      5. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh
        Untuk membantu proses penyembuhan
  6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
    1. Tujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.
    2. Kriteria hasil:
      1. Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
      2. Klien mengungkapan sudah bisa tidur .
      3. Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur .
    3. Rencana tindakan:
      1. Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari
        Meningkatkan pengetahuan klien sehingga mau kooperatif dalam tindakan perawatan
      2. Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan
        Suasana tenang akan mendukung istirahat
      3. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur
        Menentukan rencana mengatasi gangguan
      4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri (Analgesik)
        Mengurangi nyeri sehingga klien bisa istirahat dengan cukup

DAFTAR PUSTAKA

  1. Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  2. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  3. Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
  4. Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
  5. Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Semoga bermanfaat...

Askep Ca / Cancer / Tumor / Carsinoma Buli

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Ca / Cancer / Tumor / Carsinoma Buli - ASKEP BEDAH. Posting berkaitan erat dengan posting ( Baca : Askep / Asuhan Keperawatan Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Tumor Rectie dan Askep / Asuhan Keperawatan Ca / Cancer / Kanker / Carsinoma / Tumor Mammae )

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KARSINOMA BULI

A. TINJAUAN TEORI

PENGERTIAN

Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli.

INSIDEN

Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.

KLASIFIKASI Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

  1. Staging dan klasifikasi
    Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
    1. T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
      Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.

      No

      KODE

      KET

      1

      Tis

      Carcinoma insitu (pre invasive Ca)

      2

      Tx

      Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan

      3

      To

      Tanda-tanda tumor primer tidak ada

      4

      T1

      Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak

      5

      T2

      Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.

      6

      T3

      Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.

      7

      T3a

      Invasi otot yang lebih dalam

      8

      T3b

      Perluasan lewat dinding buli-buli

      9

      T4

      Tumor sudah melewati struktur sebelahnya

      10

      T4a

      Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina

      11

      T4b

      Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen

    2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative

      No

      KODE

      KET

      1

      Nx

      Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan

      2

      No

      Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional

      3

      N1

      Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral

      4

      N2

      Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple

      5

      N3

      Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor

      6

      N4

      Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

    3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia

      No

      KODE

      KET

      1

      Mx

      Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan

      2

      M1

      Adanya metastase jauh

      3

      M1a

      Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia

      4

      M1b

      Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal

      5

      M1c

      Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple

      6

      M1d

      Metastase dalam organ yang multiple

  2. Type dan lokasi
    Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

    1

    Efidermoid Ca

    Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell, anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya

    2

    Adeno Ca

    Sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus

    3

    Rhabdomyo sarcoma

    Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal

    4

    Primary Malignant lymphoma

    Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing

    5

    Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mammae

    Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi

GEJALA KLINIS Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

  1. Kencing campur dara yang intermitten
  2. Merasa panas waktu kencing
  3. Merasa ingin kencing
  4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
  5. Nyeri suprapubik yang konstan
  6. Panas badan dan merasa lemah
  7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
  8. Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis

PATOFISIOLOGI Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

  1. Download Patofisiologi Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

PENATALAKSANAAN Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

  1. Pemeriksaan penunjang
    1. Laboratorium
      1. Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
      2. Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
      3. RFT normal
      4. Lymphopenia (N = 1490-2930)
    2. Radiology
      1. Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
      2. Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
      3. Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli
      4. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
    3. Cystocopy dan biopsy
      1. Cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
      2. Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
    4. Cystologi
      1. Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel dari pada tumor
  2. Terapi
    1. Operasi
      1. Reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma
      2. Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
      3. Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan urinary diversion untuk :
        1. Transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
        2. Aquamosa cal Ca pada stage B-C
    2. Radioterapy
      1. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.
      2. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
    3. Chemoterapi
      Obat-obat anti kanker :
      1. Citral, 5 fluoro urasil
      2. Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.

PROGNOSIS Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah lama dan adanya metastesi ke organ lebih dalam dan lainnya prognosisnya jelek.

KOMPLIKASI Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

  1. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
  2. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
  3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi

B. KONSEP KEPERAWATAN Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

PENGKAJIAN Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

  1. Identitas
    Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
  2. Riwayat keperawatan
    Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
  3. Pemeriksaan fisik dan klinis
    1. Inspeksi, tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil atumor sudah bear.
    2. Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
  4. Pemeriksaan penunjang
    Lihat kosep dasar.

DIAGNOSA KEPERAWATAN dan PERENCANAAN KEPERAWATAN Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI

  1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
    1. Tujuan :
      1. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
      2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
      3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
    2. Intervensi :
      1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya
        Rasional: Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi
      2. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
        Rasional: Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya
      3. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai
        Rasional: Dapat menurunkan kecemasan klien
      4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
        Rasional: Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya
      5. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
        Rasional: Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan
      6. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system
        Rasional: Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat / keluarga
      7. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
        Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat
      8. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar
        Rasional: Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong
  2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
    1. Tujuan :
      1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
      2. Melaporkan nyeri yang dialaminya
      3. Mengikuti program pengobatan
      4. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
    2. Intervensi :
      1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
        Rasional: Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan
      2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
        Rasional: Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi
      3. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
        Rasional: Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri
      4. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik
        Rasional: Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas
      5. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu
        Rasional: Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
      6. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
        Rasional: Agar terapi yang diberikan tepat sasaran
      7. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll
        Rasional: Untuk mengatasi nyeri
  3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
    1. Tujuan :
      1. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
      2. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
      3. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
    2. Intervensi :
      1. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya
        Rasional: Memberikan informasi tentang status gizi klien
      2. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan
        Rasional: Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
      3. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis
        Rasional: Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk
      4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
        Rasional: Kalori merupakan sumber energi
      5. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas
        Rasional: Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
      6. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
        Rasional: Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri
      7. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan
        Rasional: Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan
      8. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien
        Rasional: Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
      9. Kolaboratif
        Rasional: Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien
      10. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
        Rasional: Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien
      11. Berikan pengobatan sesuai indikasi
        Rasional: Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
  4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
    1. Tujuan :
      1. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
      2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
      3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
      4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.
    2. Intervensi :
      1. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya
        Rasional: Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien
      2. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker
        Rasional: Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian
      3. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan
        Rasional: Membantu klien dalam memahami proses penyakit
      4. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien
        Rasional: Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan
      5. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya
        Rasional: Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien
      6. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
        Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat
      7. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
        Rasional: Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman
      8. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut
        Rasional: Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
  5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
    1. Tujuan :
      1. Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
      2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
      3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
    2. Intervensi :
      1. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan secara periodik
        Rasional: Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan
      2. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah
        Rasional: Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman.
      3. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine
        Rasional: Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi
      4. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
        Rasional: Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa
      5. Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral
        Rasional: Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
      6. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi
        Rasional: Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi
      7. Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash preparation
        Rasional: Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
      8. Kultur lesi oral
        Rasional: Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat
  6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
    1. Tujuan :
      1. Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
    2. Intervensi :
      1. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
        Rasional: Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia
      2. Timbang berat badan jika diperlukan
        Rasional: Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
      3. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
        Rasional: Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
      4. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien
        Rasional: Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia
      5. Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu
        Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang
      6. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie
        Rasional: Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan
      7. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah
        Rasional: Mencegah terjadinya perdarahan
      8. Berikan cairan IV bila diperlukan.
        Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang
      9. Berikan therapy antiemetik.
        Rasional: Mencegah/menghilangkan mual muntah
      10. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
        Rasional: Mengetahui perubahan yang terjadi
  7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
    1. Tujuan :
      1. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
      2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
    2. Intervensi :
      1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama
        Rasional: Mencegah terjadinya infeksi silang
      2. Jaga personal hygine klien dengan baik
        Rasional: Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup
      3. Monitor temperatur
        Rasional: Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi
      4. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
        Rasional: Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi
      5. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur
        Rasional: Mencegah terjadinya infeksi
      6. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
        Rasional: Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi
      7. Berikan antibiotik bila diindikasikan
        Rasional: Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi
  8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
    1. Tujuan :
      1. Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
      2. Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan
    2. Intervensi :
      1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya
        Rasional: Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
      2. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya
        Rasional: Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya
      3. Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk
        Rasional: Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.
  9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
    1. Tujuan :
      1. Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
      2. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
    2. Intervensi :
      1. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka
        Rasional: Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit
      2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
        Rasional: Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi
      3. Ubah posisi klien secara teratur.
        Rasional: Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu
      4. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter
        Rasional: Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif

DAFTAR PUSTAKA

  1. Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia
  2. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
  3. Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
  4. Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.
  5. Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.

Semoga ada manfaatnya...