Semua impian kita dapat menjadi nyata,

jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.

Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki,

anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah anda lakukan.

Kehidupan itu ibarat naik sepeda,

anda tidak akan jatuh kecuali anda berencana untuk berhenti mengayuhnya.

Pikiran kita ibarat parasut,

hanya berfungsi ketika terbuka.

Sukses adalah sebuah perjalanan,

bukan tujuan akhir.

Sunday, January 31, 2010

Askep Gagal Nafas (Bantuan Ventilasi Mekanik)

kapukonline.com Up-date Askep | Asuhan keperawatan Gagal Nafas (Bantuan Ventilasi Mekanik) - ASKEP GADAR (Gawat Darurat)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL NAFAS (BANTUAN VENTILASI MEKANIK)

PENGERTIAN GAGAL NAFAS

Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis. Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi

PENYEBAB GAGAL NAFAS

  1. Penyebab sentral
    1. Trauma kepala : contusio cerebri
    2. Radang otak : encephalitis
    3. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
    4. Obat-obatan : narkotika, anestesi
  2. Penyebab perifer
    1. Kelainan neuromuskuler: GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxan
    2. Kelainan jalan nafas: obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
    3. Kelainan di paru: edema paru, atelektasis, ARDS
    4. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
    5. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri

PATOFISIOLOGI GAGAL NAFAS

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .

Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.

PEMERIKSAAN FISIK

Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes

  1. Sirkulasi
    1. Tanda : Takikardia, irama irreguler
    2. S3-S4/Irama gallop
    3. Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
    4. Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum)
    5. Tekanan Darah : hipertensi/hipotensi
  2. Nyeri/Kenyamanan
    1. Gejala: Nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan  abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
    2. Tanda: Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
  3. Pernapasan
    1. Gejala: riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru, keganasan, “lapar udara”, batuk
    2. Tanda: takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot assesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
  4. Keamanan
    1. Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
  5. Penyuluhan/pembelajaran
    1. Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GAGAL NAFAS

Pemeriksaan diagnostik meliputi biasanya:

  1. Hb : dibawah 12 gr %
  2. pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
  3. pa O2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
  4. pCO2 di bawah 35 atau di atau 45 mmHg
  5. BE di bawah -2 atau di atas +2
  6. Analisa gas darah :
    1. Saturasi O2 kurang dari 90%
  7. Ro” : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat terlihat perpindahan letak mediastinum

DIAGNOSA KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator mekanik adalah :

  1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakit
  3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT
  4. Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian
  5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT
  6. Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang ETT
  7. Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, selang ETT, ansietas, stress
  8. Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang ETT

RENCANA KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

Rencana Keperawatan yang dibuat antara lain:

  1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
    1. Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas
    2. Kriteria hasil :
      1. Bunyi nafas bersih
      2. Ronchi (-)
      3. Tracheal tube bebas sumbatan
    3. Intervensi
      1. Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan
      2. Mengevaluasi keefektifan bersihan jalan nafas
        1. Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara :
          1. Jelaskan pada klien tentang tujuan dari tindakan penghisapan
            1. Meningkatkan pengertian sehingga memudahkan klien berpartisipasi
          2. Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan penghisapan, minimal 4 – 5 x pernafasan
            1. Memberi cadangan oksigen untuk menghindari hypoxia
          3. Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril
            1. Mencegah infeksi nosokomial
          4. Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan tidak menghisap, lama penghisapan tidak lebih 10 detik
            1. Aspirasi lama dapat menyebabkan hypoksiakarena tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret dan oksigen
          5. Atur tekana penghisap tidak lebih 100-120 mmHg
            1. ekana negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa jalan nafas
          6. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum melakukan penghisapan berikutnya
            1. Memberikan cadangan oksigen dalam partai besar
        2. Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih
        3. Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 – 37,8 C)
          1. Membantu mengencerkan sekret
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat
    1. Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang kembali normal
    2. Kriteria hasil :
      1. Hasil analisa gas darah normal :
      2. PH (7,35 – 7,45)
      3. PO2 (80 – 100 mmHg)
      4. PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
      5. BE ( -2 - +2)
    3. Intervensi:
      1. Cek analisa gas darah setiap 10 –30 mnt setelah perubahan setting ventilator
        1. Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan
      2. Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode penyapihan
        1. Evaluasi kemampuan bernafas klien
      3. Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi
        1. Sekresi menghambat kelancaran udara nafas
      4. Monitor tanda dan gejala hipoksia
        1. Deteksi dini adanya kelainan
  3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT
    1. Tujuan : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif
    2. Kriteria hasil :
      1. Nafas sesuai dengan irama ventilator
      2. Volume nafas adekuat
      3. Alarm tidak berbunyi
    3. Intervensi
      1. Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam
        1. Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi ventilator
      2. Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya
        1. Bunyi alarm menunjukkan adanya gangguan fungsi ventilator
      3. Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi tempat tidur sepanjang waktu
        1. Mempermudah melakukan pertolongan bila sewaktu-waktu ada gangguan fungsi ventilator
      4. Monitor slang/cubbing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau tersumbat
        1. Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
      5. Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff
        1. Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
      6. Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT lewat oral)
        1. Mencegah tergigitnya slang ETT
      7. Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik
        1. Mencegah terlepasnya.tercabutnya slang ETT
      8. Monitor suara nafas dan pergerakan ada secara teratu
        1. Evaluasi keefektifan pola nafa

DAFTAR PUSTAKA

  1. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
  2. Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta
  3. Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia
  4. Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I.Universitas Surabaya

Monday, January 4, 2010

Askep Asuhan Keperawatan Amputasi

kapukonline.com Up-date Askep | Asuhan keperawatan Amputasi - ASKEP BEDAH

PENGERTIAN AMPUTASI

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas.

Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas

PENYEBAB / PRESDISPOSISI

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi

  1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
  2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
  3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berati
  4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
  5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
  6. Deformitas organ.

JENIS AMPUTASI

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

  1. Amputasi selektif/terencana :

    Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
  2. Amputasi akibat trauma

    Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
  3. Amputasi darurat

    Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas

Jenis Amputasi yang dikenal antara lain:

  1. Amputasi Terbuka

    Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama
  2. Amputasi Tertutup

    Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya

MANAGEMENT KEPERAWATAN pada AMPUTASI

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap pre-operatif, tahap intra-operatif, dan pada tahap post-operati

Pre Operatif
  1. Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
  2. Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi
    1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
      1. Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
    2. Pengkajian Fisik
      1. Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.

        Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

        SISTEM TUBUH

        KEGIATAN

        Integumen :

        Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

        Kulit secara umum

        Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif.

        Lokasi amputasi

        Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

        Sistem Cardiovaskuler :
        1. Cardiac reserve
        2. Pembuluh darah

        Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.
        Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah

        Sistem Respirasi

        Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

        Sistem Urinari

        Mengkaji jumlah urine 24 jam.
        Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

        Cairan dan elektrolit

        Mengkaji tingkat hidrasi.
        Memonitor intake dan output cairan.

        Sistem Neurologis

        Mengkaji tingkat kesadaran klien.
        Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

        Sistem Mukuloskeletal

        Mengkaji kemampuan otot kontralateral
    3. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
      1. Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
      2. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
      3. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
      4. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini
    4. Laboratorik
      1. Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung

DIAGNOSA KEPERAWATAN dan PERENCANAAN KEPERAWATAN AMPUTASI

Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain :

  1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
    1. Karakteristik penentu:
      1. Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan
      2. Menyatakan kurang pemahaman
      3. Meminta informasi
    2. Tujuan :
      1. Kecemasan pada klien berkurang
    3. Kriteria evaluasi:
      1. Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
      2. Mengungkapkan pemahaman tentang operasi
    4. Intervensi:
      1. Memberikan bantuan secara fisik danpsikologis, memberikan dukungan moral

        Rasional: Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya
      2. Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya

        Rasional: Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan / persepsi klien
      3. Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien

        Rasional: Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat
  2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
      2. Takut kecacatan.
      3. Rendah diri, menarik diri.
    2. Tujuan :
      1. Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
      2. Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru
    4. Intervensi :
      1. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup

        Rasional: Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.
      2. Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi

        Rasional: Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi
      3. Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah

        Rasional: Meningkatkan dukungan mental.
      4. Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi

        Rasional: Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain

  1. Mengatasi nyeri
    1. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.
    2. Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.
    3. Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese. Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
  2. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur
    1. Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki (yang sehat), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.
    2. Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
  3. Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
    1. Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
    2. Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu (karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka)
    3. Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.
    4. Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam
Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran.

Khusus untuk tindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif. Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi

Post Operatif

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien. Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka.

Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi.

Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :

  1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Menyatakan nyeri.
      2. Merintih, meringis.
    2. Tujuan :
      1. Nyeri hilang / berkurang.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Menyatakan nyeri hilang.
      2. Ekspresi wajah rileks.
    4. Intervensi :
      1. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup

        Rasional : Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental
      2. Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi

        Rasional: Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi
      3. Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah

        Rasional: Meningkatkan dukungan mental
      4. Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi

        Rasional: Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri
  2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
      2. Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
      3. Depresi.
    2. Tujuan :
      1. Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
      2. Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup
    4. Intervensi :
      1. Validasi masalah yang dialami klien

        Rasional: Meninjau perkembangan klien
      2. Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung
        1. Perawatan luka.
        2. Mandi.
        3. Menggunakan pakaian

        Rasional: Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh
      3. Berikan dukungan moral

        Rasional: Meningkatkan status mental klien
      4. Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri

        Rasional: Memfasilitasi penerimaan terhadap diri
  3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi
    1. Karakteristik penentu :
      1. Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
    2. Tujuan :
      1. Tidak terjadi komplikasi.
    3. Kriteria evaluasi :
      1. Tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
    4. Intervensi:

      Infeksi:
      1. Lakukan perawatan luka adekuat

        Rasional: Mencegah terjadinya infeksi

      Perdarahan; pantau
      1. Masukan dan pengeluaran cairan

        Rasional: Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputas
      2. Tanda-tanda vital tiap 4 jam

        Rasional: Sebagai monitor status hemodinamik
      3. Kondisi balutan tiap 4-8 jam

        Rasional: Indikator adanya perdaraham masif

      Emboli lemak
      1. Monitor pernafasan

        Rasional: Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin
      2. Persiapkan oksigen

        Rasional: Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat
      3. Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu

        Rasional: Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan
  4. dll

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :

  1. Melakukan perawatan luka post-operasi
    1. Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.
    2. Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).
  2. Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri
    1. Memberi dukungan psikologis.
    2. Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.
  3. Mencegah kontraktur
    1. Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.
    2. Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.
  4. Aktivitas perawatan diri
    1. Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
    2. Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.
    3. Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.
    4. Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.
    5. Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.

KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar, ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk mencapai tingkat homeostatis maksimal tubuh.

Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.(anas)

REFERENSI

  1. Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S (1986), Manual of Nursing Practice, 4th edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia
  2. Engram, Barbara (999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta.
  3. Kozier, erb; Oliveri (1991), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California.
  4. Reksoprodjo, S; dkk (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Semoga yang sedikit ini ada manfaatnta...

Saturday, January 2, 2010

ANC (Ante Natal Care)

kapukonline.com Up-date Askep | Asuhan keperawatan ANC (Ante Natal Care) - ASKEP MATERNITAS. Posting berkaitan dengan ( Baca : Askep | Asuhan Keperawatan Adaptasi Fisiologis Post Partum / Nifas )

1. PENGERTIAN ANC (ANTE NATAL CARE)

ANC (Ante Natal Care) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

2. TUJUAN ANC (ANTE NATAL CARE):

  1. Pengawasan : Kesehatan Ibu
  2. Deteksi dini penyakit penyerta dan komplikasi kehamilan, menetapkan resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah)
  3. Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health mother
  4. Mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi
  5. Mengantarkan pulihnya kesh. Ibu optimal

3. BUKTI KEHAMILAN

  1. PRESUMTIF ( Bukti Subyektif)
    1. Amenorea
    2. Perubahan payudara
    3. Mual dan muntah (morning sickness)
    4. Frekuensi berkemih
    5. Leukorea
    6. Tanda Chadwiek’s
    7. Quickening
  2. PROBABILITAS (Bukti Obyektif)
    1. Pertumbuhan dan perubahan uterus
    2. Tanda Hegar’s (melunaknya segmen bawah uterus)
    3. Ballotement (lentingan janin dl uterus saat palpasi)
    4. Braxton hick’s (kontraksi selama kehamilan)
    5. Perubahan Abdomen
    6. Pembesaran abdomen
    7. Striae Gravidarum
    8. Pigmentasi pada linea nigra
  3. ABSOLUT (Bukti Positif)
    1. Terdengar DJJ
    2. Teraba bagian anak oleh pemeriksa
    3. Terlihat hasil konsepsi dg USG
    4. Teraba gerakan janin oleh pemeriksa

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG ANC (ANTE NATAL CARE)

  1. LABORATORIUM
    1. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL)
    2. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
    3. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina dan servik)
  2. U S G
    1. Jenis kelamin
    2. Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion,

5. PEMERIKSAAN KEHAMILAN

BILA HPHT TIDAK DIKETAHUI, USIA KEHAMILAN TENTUKAN DG CARA :
  1. TFU ( cm x 7/8 = Usia dl mgg)
  2. Terabanya ballotement di simpisis à 12 mgg
  3. DJJ (+) dg Dopller à 10-12 mgg
  4. DJJ (+) dg fetoscop à 20 mgg
  5. Quickening à 20 mgg
  6. USG
PERHITUNGAN TAKSIRAN PARTUS (NAGELE) :
  1. H + 7
  2. B (1-3) + 9, bila tanggal > 24 + B 1, B (4-12) – 3
  3. T (1-3) + 0, T (4-12) + 1
PERHITUNGAN TAKSIRAN BERAT JANIN:
  1. TFU – (11 belum masuk PAP) X 155 = ….gr
  2. TFU – (13 sudah masuk PAP) X 155 = ….gr
FREKUENSI KEHAMILAN
  1. Kunjungan I (12-24 mgg)
    1. Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik dan obstetri, Pemeriksaan laboratorium Antropometri, penilaian resiko kehamilan, KIE
  2. Kunjungan II (28 – 32 mgg)
    1. Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan, Nasehat perawatan payudara dan Senam hamil), TT I
  3. Kunjungan III ( 34 mgg)
    1. Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
  4. Kunjungan IV, V, VII dan VIII ( 36-42 mgg)
    1. Anamnesis , perawatan payudara dan persiapan persalinan

6. PENGKAJIAN ANC (ANTE NATAL CARE)

  1. AKTIFITAS / ISTIRAHAT
    1. BP turun , HR meningkat , Episode Sinkop, Edema
  2. INTEGRITAS EGO
    1. Persepsi diri
  3. ELIMINASI
    1. Konstipasi, miksi ? , BJ urine ? , haemoroid
  4. MAKANAN dan CAIRAN
    1. Morning sickness (TM I), nyeri ulu hati,
    2. Penambahan BB ( 8 – 12 kg), hipertrofi gusi (berdarah)
    3. Anemi fisiologis (Hemodilusi)
  5. NYERI / KETIDAKNYAMANAN
    1. Kram kaki, nyeri payudara dan punggung, Braxton Hicks
  6. PERNAFASAN
    1. Respirasi meningkat
  7. KEAMANAN
    1. Suhu : 36,1o – 37,6 o C ,
    2. DJJ ( 12 minggu dengan dopler, 20 minggu dengan fetoskop)
    3. Gerakan janin (20 minggu)
    4. Quickening dan Ballotement (16 – 20 minggu)
  8. SEKSUALITAS
    1. Perubahan seksualitas, leukorea, peingkatan uetrus
    2. Payudara membesar, pigmentasi
    3. Goodell, Hegar, chadwiks
  9. INTERAKSI SOSIAL
    1. Denial, maturasi, aseptance
  10. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
  11. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

7. PENGKAJIAN FISIK ANC (ANTE NATAL CARE)

  1. TANDA VITAL, ANTROPOMETRI
  2. PENGKAJIAN KEPALA
  3. PENGKAJIAN DADA : paru, jantung, payudara
  4. PENGKAJIAN ABDOMEN : hepar, abdomen, uterus (palpasi, inspeksi, auskultasi, pergerakan janin, his)
  5. PEMERIKSAAN PANGGUL
  6. PEMERIKSAAN GENITAL
  7. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan FOKUS INTERVENSI ANC (ANTE NATAL CARE)

  1. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Perubahan napsu makan, mual dan muntah
    1. Kriteria Hasil :
      1. Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal
      2. Mengikuti diet yg dianjurkan
      3. Mengkonsumsi Zat besi / vitamin
      4. Menunjukkan peningkatan Berat Badan ( minimal 1,5 kg pada Trimester I)
    2. Intervensi :
      1. Tentukan asupan nutrisi /24 jam
      2. Kaji tentang pengetahuan kebutuhan diet
      3. Berikan nformasi tertulis diet prenatal dan suplemen
      4. Tanyakan keyakinan diet sesuai budaya
      5. Timbang Berat Badan dan kaji berat badan pregravid
      6. Berikan peningkatan berat badan selama trimester I yang optimal
      7. Tinjau tentang mual dan muntah
      8. Pantau kadar Hemoglobin, test urine (aseton, albumin dan glukosa)
      9. Ukur pembesaran uterus
      10. Kolaborasi : program diet ibu hamil
  2. Resti defisit volume Cairan berhubungan dengan perubahan nafsu makan, mual dan muntah
    1. Kriteria Hasil :
      1. Mengidentifikasi dan melakukan kegiatan untuk mengurangi frekwensi dan keparahan mual/muntah
      2. Mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan.
      3. Mengidentifikasi tanda dan gejala dehidrasi
    2. Intervensi :
      1. Auskultasi Detak Jantung Janin (DJJ)
      2. Tentukan beratnya mual/muntah
      3. Tinjau riwayat (gastritis, kolesistitis)
      4. Anjurkan mempertahankan asupan cairan
      5. Kaji suhu, turgor kulit, membran mukosa, Tekanan Darah, intake dan output, Timbang berat badan
      6. Anjurkan asupan minum manis, makan sedikit tapi sering, makan roti kering sebelum bangun tidur
  3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan Pembesaran uterus, Peningkatan GFR, Peningkatan sensitifitas Fundus Uteri
    1. Kriteria Hasil :
      1. Mengungkapkan penyebab sering kencing
      2. Mengidentifikasi cara mencegah stasis urinarius
    2. Intervensi :
      1. Berikan informasi perubahan berkemih
      2. Anjurkan menghindari posisi tegak dan supine dalam waktu lama
      3. Berikan informasi intake cairan 6 - 8 gelas/hari, penurunan intake 2 – 3 j pra rest
      4. Kaji nokturia, anjurkan keagel exercise
      5. Tekankan higiene toileting, memakai celana dari katun dan menjaga vulva tetap kering
      6. Kolaborasi : Kaji riwayat medis (hipertensi, penyakit ginjal dan jantung)
  4. Ketidak efektifan pola pernafasan berhubungan dengan pergeseran diagfragma sekunder kehamilan
    1. Kriteria Hasil :
      1. Melaporkan penurunan keluhan
      2. Mendemonstrasikan fungsi pernapasan normal
    2. Intervensi :
      1. Kaji status pernapasan
      2. Pantau riwayat medis (alergi, rinitis, asma, TBC)
      3. Kaji kadar hemoglobin dan tekankan pentingnya vitamin.
      4. Informasikan hubungan program latihan dan kesullitan pernafasan
      5. Anjurkan istirahat dan latihan berimbang
      6. Tinjau tindakan pasien untuk mengurangi keluhan
  5. Ketidak nyamanan berhubungan dengan Perubahan fisik dan pengaruh hormonal
    1. Kriteria Hasil :
      1. Mengidentifikasi tindakan yang melegakan dan menghilangkan Ketidak nyamanan
      2. Melaporkan penatalaksanaan Ketidak nyamanan
    2. Intervensi :
      1. Catat derajat rasa tidak nyaman minor
      2. Evaluasi derajat rasa tidak nyaman selama pemeriksaan lanjutan
      3. Anjurkan pemakaian korset uterus
      4. Tekankan menghindari stimulasi puting
      5. Intruksikan perawatan puting mendatar
      6. Kaji adanya haemoroid
      7. Intruksikan penggunaan kompres dingin dan intake tinggi serat pada haemoroid
      8. Intruksikan posisi dorsofleksi pada kaki dan mengurangi keju/susu
      9. Kaji tingkat kelelahan dengan aktifitas dalam keluarga
      10. Kolaborasi : suplemen kalsium
  6. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan ketidaknyamanan
    1. Kriteria Hasil :
      1. Mendiskusikan perubahan dalam hasrat seksual
      2. Identifikasi langkah mengatasi situasi
      3. Melaporkan adaptasi perubahan dan modifikasi situasi selama kehamilan
    2. Intervensi :
      1. Tentukan pola aktivitas seksual pasangan
      2. Kaji dampak kehamilan terhadap kehamilan
      3. Diskusikan miskonsepsi seksualitas kehamilan
      4. Anjurkan pilihan posisi koitus selama kehamilan
      5. Informasikan tindakan yang dapat meningkatkan kontraksi (stimulasi puting susu, orgasme pada wanita, sperma)
      6. Kolaborasi : konseling bila masalah tidak teratasi
  7. Resti konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltik, penekanan uterus
    1. Kriteria Hasil:
      1. Mempertahankan pola fungsi usus normal
      2. Mengidentifikasi perilaku beresiko
      3. Melaporkan tindakan untuk peningkatan eliminasi
    2. Intervensi :
      1. Tentukan kebiasaan eliminasi sebelum hamil dan perhatikan perubahan selama hamil
      2. Kaji adanya haemoroid
      3. Informasikan diet : buah, sayur, serat dan intake cairan adekuat
      4. Anjurkan latihan ringan
      5. Kolaborasi : berikan pelunak feces bila diet tak efektif

Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya....

Friday, January 1, 2010

Askep Jiwa Depresi

kapukonline.com Up-date Askep | Asuhan Keperawatan Jiwa Depresi - ASKEP JIWA. Posting berkaitan dengan ( Baca : Askep | Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah dan Askep | Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri )

LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI

MASALAH UTAMA

Gangguan alam perasaan: depresi.

PROSES TERJADINYA MASALAH

Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.

Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagai­nya.

Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

Depresi

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri

Akibat

Gangguan alam perasaan: depresi

Core problem

Koping maladaptif

Penyebab

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

  1. Gangguan alam perasaan: depresi
    1. Data subyektif:
      1. Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
    2. Data obyektif:
      1. Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan lang­kah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering me­nangis.
        Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi tergang­gu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi.
        Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
  2. Koping maladaptif
    1. Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
    2. Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
  2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

  1. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
  2. Tujuan khusus
    1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
      1. Tindakan:
        1. Perkenalkan diri dengan klien
        2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empat
        3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan
        4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginanny
        5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
        6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
    2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
      1. Tindakan:
        1. Beri Data Obyektifrongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
        2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
        3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
        4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
        5. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
        6. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
        7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
    3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
      1. Tindakan:
        1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
        2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
        3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
        4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
    4. Klien dapat meningkatkan harga diri
      1. Tindakan:
        1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
        2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
        3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
    5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
      1. Tindakan:
        1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
        2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
        3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
    6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
      1. Tindakan:
        1. Diskusikan tentang obat (nama, Data Obyektifsis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
        2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, Data Obyektifsis, cara, waktu).
        3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
        4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya....